Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Bersimpuh

Subuh datang mengganti malam.   Aroma nya menghantarkan kedamaian. Dinginnya menusuk-nusuk,  Melenakan mereka yang lupa akan kehadiran Sang Tuhan Dalam pekatnya subuh, aku bersimpuh, luruh,mengadu dalam haru kepada Dia yang maha Tahu Seperti meratap penuh harap , seperti merengek mengiba-iba aku mencoba menepiskan malu, akan semua ulah dan laku Bertanya-tanya seberapa pantaskah si hina ini meminta, 'memaksa' Mengharap b elas kasih untuk setitik asa yg masih terjaga *Suatu subuh yang dingin bersama malaikat dan kokok ayam ketawa diluar sana*

Sebuah Salam

Ku sampaikan salam itu lewat angin Lewat hujan Lewat pekatnya malam Lewat terangnya siang Namun tak kunjung sampai Tak mungkin kau dengar Ku perhatikan kau lewat jarak Diam-diam Tak terlihat Tak ingin mengusik, Tak ingin merusak, Harimu, Hatimu, C ita-citamu, I manmu... Kau terjaga, Bersih tak bernoda Tak berniat aku mencipta cela Meski ingin aku ungkap pada dunia Setiap rasa yang menikam jiwa Kau tahu , Aku disni, T elah Berhari-hari   Berminggu -minggu Be rbulan -bulan Bertahun-tahun.. Menunggu dalam bisu Mengawasi dalam kelu Menghitung waktu Yang dijanjikan   Oleh keyakinan Hingga  kelak Di suatu senja Aku dat a ng , Menjemput asa Untuk meminta , Untuk mendengarmu berkata “Ya” *Sebuah apresiasi untuk seorang kawan*

Untuk Anda Calon Pemimpin Bangsa.. *racauan pagi ini

"Wahai Presiden kami yang baru.... Kamu harus dengar suara ini.. Suara yang keluar dari dalam hati.. Suara yang penuh kebosanan..." (Iwan Fals, Manusia Setengah Dewa) 9 Juli 2014. Hari masih pagi. Seperti dugaan saya, TPS 9 tempat saya terdaftar sebagai pemilih  masih sangat lengang. Alasannya sudah jelas : banyak yang ketiduran karena menonton bola semalam. Baguslah, berarti saya ga perlu lama-lama antri menunggu giliran untuk mencoblos. Setelah menyerahkan A5 saya kepada petugas, saya duduk di kursi antrian sambil memperhatikan para petugas yang sibuk dengan kertas-kertas dihadapannya.  5 tahun lalu, saat pilpres 2009, bapak saya ada diantara mereka, sebelum beliau berpulang untuk selama-selamanya. Sedang asik dengan pikiran saya sendiri, tiba-tiba saya mendengar nama saya di panggil. Saya melangkah maju, Surat suara lalu diberikan. Lebih kecil, lebih simpel, karena hanya ada dua pilihan. 1 atau dua. Saya pun masuk ke bilik suara dan membuka sura

About having a kid and Being a Mom ( A Crap of A Friend )

"You'll fall in love to your kid at the moment when you know that you're pregnant"  (Najwa Shihab) Entah sejak kapan gw mulai kepikiran untuk punya anak, mungkin setahun belakangan, atau lebih, pas nya gw g tau. Yang gw tau betapa gw iri pada mereka yang sudah menjadi ibu. Itu saja. Tentang memiliki anak yang menjadi tanggung jawab seumur hidup dunia akhirat. Mungkin karena bahkan di umur sekarang, gw masih g tau apa yang gw mau, gw g tau apa yang mesti gw lakukan. Dan memiliki anak adalah tentang bertanggungjawab pada hidup seseorang, pada pendidikannya, pada masa depannya. Hal yang bagi gw merupakan sebuah tujuan hidup yang terang benderang yang hanya perlu dijalani once u have them. G perlu mikir tentang apa yang diinginkan, tentang bagaimana harus dijalani, semua terjadi begitu saja. Jalannya sudah jelas.  Punya anak adalah tentang memiliki rasa cinta pada sesuatu yang unconditional. Pamrih maupun lelah atau segala sulit yang akan datang nantinya will

Judulnya apa bagus?

Jadi ceritanya, Si Jupri, motor tua peninggalan bapak saya ngadat lagi. Sepagian saya sudah harus berkeringat gegara mendorong doski ke bengkel terdekat. Sial benar,pikir saya. Dalam kejadian ini, saya punya 4 orang pahlawan yang super sekali. 2 orang pertama adalah tetangga yang awalnya membantu saya 'menghidupkan' si jupri (namun gagal), 1 orang berikutnya adalah ibu-ibu penjaga kios yang menunjukkan kepada saya dimana letak bengkel terdekat (sebab bengkel dekat rumah masih tutup). Dan terakhir tentunya, adalah om-om pemilik bengkel, yang telah membantu saya 'membangunkan' si jupri. Setelah berpeluh-peluh mendorong jupri beberapa ratus meter, saya yang anggun ini akhirnya tiba di bengkel yang ditunjukkan oleh ibu-ibu tadi. Thanks God, bengkelnya sudah buka. Si om pemilik bengkel pun bertanya: “ Kenapa mbak?” “ Mogok pak, ndak mau idup” Si om langsung mengambil alih jupri dan saya segera mencari bangku untuk bisa duduk (hampir saja saya duduk di atas ta

Antara Bubur, Pengamen dan Ibu-Ibu PNS berseragam KORPRI

Pagi itu, saya yang kelaparan gegara gak makan dari  kemarin siang, memutuskan untuk kabur sejenak dari kantor untuk mencari sesuap pengganjal perut. Karena satu jam sebelumnya saya sudah melahap sebungkus nasi kuning *ketauan dah kejombean saya :p*, maka saya memutuskan untuk makan bubur manado. Pilihan saya jatuh pada sebuah warung makan langganan di jalan Pramuka Palu. Bagi saya bubur manado di tempat itu adalah bubur manado termaknyos di kota lembah kesayangan ini. Buburnya lembut, terasinya muantap. Farah Quinn pasti ga bisa masak yang seenak ini. Ahahaha. Maka bergegaslah saya memacu si Jupri menuju warung tersebut. Setiba di TKP, saya agak sedikit kecewa. Warung makan itu penuh sesak dengan ibu-ibu PNS berseragam korpri. Sepertinya mereka sekantor sedang ditraktir atasannya ato gimana, yang pasti, nyaris tidak ada bangku kosong bagi saya untuk menikmati semangkuk bubur di warung itu. Saya nyaris mengurungkan niat untuk makan, ketika mata saya menangkap sebuah bangku kosong

Dalam Dekapan Ukhuwah....

Karena beda antara kau dan aku sering jadi sengketa.. karena kehormatan diri sering kita tinggikan di atas kebenaran.. karena satu kesalahanmu padaku seolah menghapus sejuta kebaikan yang lalu.. wasiat Sang Nabi itu rasanya berat sekali, “jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara” mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja.. menjadi kepompong dan menyendiri.. berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam.. bertafakkur bersama iman yang menerangi hati.. hingga tiba waktunya menjadi kupu-kupu yang terbang menari.. melantun kebaikan di antara bunga, menebar keindahan pada dunia.. lalu dengan rindu kita kembali ke dalam dekapan ukhuwah.. mengambil cinta dari langit dan menebarkannya di bumi.. dengan persaudaraan suci: sebening prasangka, selembut nurani, sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji.. -DALAM DEKAPAN UKHUWAH, SALIM A FILLAH-

Tidak Tahu Diri

Tidak tahu diri. Ya, kita ini adalah makhluk yang tidak tahu diri. Diberi A menuntut B. Tidak diberi A, menuntut diberi. Tuhan jadi 'bingung', Mau kita apa sebenarnya? Kita kerap mengeluh. Merasa kurang ini kurang itu. Merasa tidak punya ini, tidak punya itu. Meminta apa yang kita inginkan meski sebenarnya tidak kita butuhkan. Kita kerap menyempitkan makna rezeki, selalu hanya terbatas pada materi,  melupakan makna rejeki yang hakiki. Bukankah kita masih  bisa bernapas hari ini adalah rejeki? Bukankah kita masih  bisa berjalan hari ini adalah rejeki? Bukankah kita masih  bisa makan hari ini adalah rejeki? Tengok diri kita ke dalam cermin. Lihat ada berapa mata kita, hidung kita, mulut kita. Bukankah mereka masih berfungsi sebagaimana mestinya? Adakah sesuatu yang cacat kita temukan? Lalu apa yang kita keluhkan? Hidup yang pas-pas an? Jodoh yang tak kunjung datang? Pekerjaan yang belum mapan? Kita tidak akan selamanya memperoleh apa yang kita inginkan. Toh ki

Berburu Megalith di Lembah Besoa

Hamparan alam nan hijau tersaji dihadapan kami ketika mobil avanza yang kami tumpangi memasuki Lembah Napu Kabupaten Poso. Rintik-rintik hujan,semilir angin, udara yang sejuk berbalut kabut tipis menyambut kedatangan kami  di tempat itu. Gunung, padang rumput yang membentang, jalanan yang berkelok-kelok menyatu memberi kesan eksotisme khas pedalaman. Setelah melewati perjalanan darat berjam-jam dari Palu, dengan medan tempuh yang lumayan gak asik, kami akhirnya semakin dekat ke tujuan yaitu Desa Doda, Lembah Besoa, Lore, Kab. Poso. *** Gagasan untuk mengunjungi situs megalitik di lembah Besoa, Napu muncul secara spontan di kepalaku. Awalnya tujuan kami bukan Napu melainkan hanya sampai di Danau Tambing, sebuah danau rekreasi di daerah Taman Nasional Lore Lindu sekitar 3 jam dari kota Palu. Sudah beberapa kali kawan-kawan kantor saya mengajak untuk camping di danau itu, namun saya tolak karena beberapa alasan. Hingga suatu hari, ketika saya dan teman-teman sesama anggota Eng

JERA

" Aku mau bunuh diri" Sebuah SMS masuk di inboxku sore itu, dari Delia, sahabatku. Aku yang sedang sibuk mengerjakan laporan akhir bulan sontak terkejut membacanya. Segera ku tekan nomor telepon Delia. Tak diangkat. Kucoba sekali lagi  tetap tidak diangkat. Kuputuskan untuk mengiriminya SMS " Kebun Mawar,  sekarang!" *** Langit sore itu berwarna kelabu. Mendung telah lama menggantung di atas sana. Awan cummulunimbus yang bergulung-gulung seakan  memberi kabar bahwa air langit tak lama lagi akan tumpah. Namun, meski hujan akan segera mengguyur, Kebun Mawar masih tetap ramai seperti hari biasanya, kebanyakan oleh muda mudi. Ada yang jogging, bermain bola, bersepeda, belajar, atau  hanya sekedar duduk-duduk di tepi danau , menghayal atau mungkin sedang galau. " Jadi apa maumu ?" tanyaku pada Delia " Mati" Jawabnya hampa "Gila, kamu pikir mati itu enak? " " Sama saja kan hidup juga ga enak" "Delia plis deh, han