menumpuk di atas fery |
Kapalpun mulai bergerak meninggalkan dermaga. Di antara hiruk pikuk penumpang, saya mencari posisi strategis untuk menikmati view laut yang indah. Karena tempat duduk di dek sudah penuh, maka saya nangkring di atas karung beras milik salah seorang penumpang yang entah kemana rimbanya. Yah, it's okelah, dari pada kaki saya pegal berdiri selama 4 jam. Beberapa teman menghilang di antara para penumpang, pergi mencari bule-bule cakep yang bisa diajak berfoto ( tipikal Indonesian sekali, hehe). Sementara yang lain memilih tidur di bilik.
Saya memilih untuk tetap duduk di atas karung beras, karena tak ingin melewatkan kesempatan menikmati pemandangan alam yang tersaji di hadapan saya. Angin laut bertiup sepoi-sepoi. Langit biru cerah, berwarna senada dengan lautan yang berkilauan. Semakin jauh kami berkapal, semakin menakjukbkan pemandangan yang nampak. Gugusan pulau-pulau kecil tak berpenghuni berwarna kehijauan, berpadu dengan hamparan pasir putih yang berkilauan. Beberapa turis tak henti-hentinya membidik kan kamera ke berbagai arah, mengabadikan karya Tuhan yang luar biasa itu.
Gugusan Pulau-pulau kecil |
Sedang asyik-asyiknya menikmati
pemandangan, tiba-tiba ekor mata saya menangkap seorang ibu berusia
paruh baya yang dengan santainya membuang botol pulpy orange kosong ke laut. Buset dah ini ibu, gerutu
saya dalam hati. Belum hilang kekesalan saya, si ibu kembali membuang
tongkol jagung rebusnya. Dengan gusar saya mendekatinya,
"Aduh bu, sampahnya jangan di buang di laut, nanti lautnya kotor" kata saya berusaha untuk tidak terkesan menggurui.
Si ibu dengan cueknya bilang
" Ah nda apa-apa, di bawa ombak juga hilang nanti"
Lalu desye lanjut mengunyah jagung rebus yang ke sekian biji.
"Hilang kemana??ke Hongkong?" Umpat saya dalam hati.
Dengan
gusar saya meninggalkan si ibu. Susah juga ngomong sama orang yang
pemikirannya masih 'primitif'. Masa buang sampah di laut? sekate laut
TPS? Ibu itu nyadar gak sih kalo laut yang baru dia jadiin tempat sampah
itu tempat hidup bagi makhluk lain? Coba kalau tempat tinggalnya
dijadiin tempat sampah bagi orang lain?pasti kesal.
Saya mendelik ke arah si ibu, doski sih gak nyadar karena lagi asyik makan jagung rebus.
Tiba-tiba
pemandangan yang tadinya indah dan menawan kini berubah menjadi
'mengerikan'. Tumpukan sampah menggenang kira-kira sepanjang satu kilo
meter di tengah lautan. Nah ini dia! Karena para penumpang kapal yang
lewat kerap membuang sampah sembarangan,jadinya seperti ini. Sampahnya
terkumpul menjadi satu, menari-nari mengikuti irama ombak. Dalam hati
saya merasa prihatin. Mengapa kesadaran masyarakat kita masih kurang
soal menjaga kelestarian lingkungan? tidakkah mereka sadar akan dampak
yang dapat diperoleh akibat demikian? Ekosistem di kepulauan Togean yang
merupakan salah satu potensi Sulawesi Tengah bisa saja rusak oleh
tangan-tangan penduduknya sendiri. Tidak sadarkah mereka bahwa Tuhan
telah menitipkan sepenggal surga di tanah mereka? 'Surga' yang membuat
turis-turis asing rela menempuh ribuan kilo dan membayar mahal untuk
melihatnya.
Ah,,menyedihkan.
*masih bersambung
*masih bersambung
Comments
Post a Comment