Apa
yang paling menyenangkan bagi para pekerja kantoran selain libur
kejepit?yaitu libur yang berada pas diantara hari kerja dan weekend.
Sepertinya libur kejepit adalah nikmat paling luar biasa bagi kami, kaum
buruh yang setiap harinya disibukkan oleh rutinitas mencari secuil
rejeki bagi anak istri. hoh!
Sebagai buruh, libur kejepit kerap saya manfaat kan untuk nyantai di rumah ato travelling ke tempat-tempat yang menarik.
Hari itu, kebetulan adalah libur
nasional yang' terjepit', dan sebuah ajakan tak terduga datang kepada
saya. Salah seorang teman kantor mengajak untuk liburan ke Pulau Togean.
Yeah Togean!. Tanpa ba-bi-bu, saya yang lagi asyik ngemil kacang atom
garuda langsung mengangguk-angguk dengan bersemangat.
Alhasil, saya keselek kacang garuda.
*ini kacangku!
*ini kacangku!
Sudah bertahun tahun lamanya
saya memendam hasrat untuk mengunjungi pulau eksotis di teluk Tomini
itu. Togean, meski kalah popular dengan Bunaken atau Raja Ampat,
merupakan salah satu destinasi wisata bagi turis manca negara. Yeah!
Turis manca negara. Di saat Togean telupakan oleh masyrakat domestik,
para turis dari berbagai belahan dunia justru berbondong-bondong
menikmati keindahannya. Menurut apa yang pernah saya baca tentang
Togean, kepulauan Togean ini memiliki kekayaan bawah laut yang luar
biasa, mulai dari spesies karang, jenis ikan dan banyak lagi. Beberapa
di antaranya adalah spesies endemik asli kepulauan tersebut. Itu berarti
you can't find them in other part on earth!
Maka hari itu juga, sepulang
kantor, saya bergegas pulang ke rumah untuk packing. Dalam sekejap,
backpack saya sudah terisi segala kebutuhan travelling untuk tiga hari.
Rencananya kami akan bermobil
pukul 4 sore dari Palu menuju Ampana, di Kabupaten Tojo Una-Una. Sekitar
11 jam via darat. Namun karena ada beberapa hal yang belum
terselesaikan, maka kami baru bisa berangkat pukul 9 malam. Mengendarai
mobil Avanza yang dapat menampung 7 makhluk Tuhan paling sexy,
saya dan beberapa teman kantor berhimpit himpitan menuju Ampana. Bagi
saya perjalanan 11 jam dan duduk berdesakan di dalam mobil bukanlah
masalah besar, yang penting saya ke Togean.
Perjalanan darat yang kami
lalui awalnya cukup lancar, aman dan menyenangkan sebelum akhirnya,
ketika waktu telah menunjukkan lewat tengah malam, kami tersesat.
Yeah tersesat!
tersesat tengah malam |
Teman saya yang
men-joki selama perjalanan berbelok ke arah yang salah.Alih-alih ke arah
Ampana doski malah nyasar ke jalan entah kemana. Nanti sudah hampir 10
kilo baru kami menyadari bahwa kami salah jalan. Pantas saja
jalanannya semakin lama semakin sempit, rumah warga juga semakin
jarang.
Selamat datang di Ampana
Setelah
tersesat dan terkantuk-kantuk, sekitar pukul 7 pagi kami memasuki kota
ampana. Ampana merupakan ibu kota Kabupaten Tojo Una-Una. Wilayahnya
kurang lebih sama dengan kota Poso. Di Ampana kami mampir di rumah
kerabat salah seorang teman untuk numpang beristirahat sejenak, numpang
mandi dan sekalian numpang makan. hehe.
Sekitar
satu jam kami melepas penat setelah berkendera berjam-jam. Pukul 9 pagi
kami bergegas ke Pelabuhan Ampana, sebab pukul 10 pagi, fery yang akan
memboyong kami ke Togean akan segera berangkat. Hanya ada 2 fery besar
ke Togean dan perjalanan ke Togean memakan waktu sekitar 4 jam, begitu
kata seorang 'om', warga setempat.
Oke! Empat jam berfery. Lumayan lama juga ya. Awalnya sih saya enjoy aja mendengarnya, tapi pas tiba di pelabuhan, saya sedikit terkejut melihat 'fery besar' yang dimaksud si om tadi. 'Fery besar' dalam imajinasi saya adalah kapal fery yang dapat digunakan untuk penyebrangan dengan mobil, seperti fery pernyebrangan dari pulau Jawa ke Bali dan sebangsanya. Nyatanya??si Fery besar hanyalah 'seonggok' kapal kayu berukuran mini bertingkat dua yang nampak tidak mampu memiliki daya melawan badai yang sewaktu-waktu dapat menghadang di tengah lautan sono.
"Kita naik ini?"Yakin nih aman?seorang teman tiba-tiba nyeletuk.
Ternyata bukan hanya saya yang meragukan 'si fery besar'.
Oke! Empat jam berfery. Lumayan lama juga ya. Awalnya sih saya enjoy aja mendengarnya, tapi pas tiba di pelabuhan, saya sedikit terkejut melihat 'fery besar' yang dimaksud si om tadi. 'Fery besar' dalam imajinasi saya adalah kapal fery yang dapat digunakan untuk penyebrangan dengan mobil, seperti fery pernyebrangan dari pulau Jawa ke Bali dan sebangsanya. Nyatanya??si Fery besar hanyalah 'seonggok' kapal kayu berukuran mini bertingkat dua yang nampak tidak mampu memiliki daya melawan badai yang sewaktu-waktu dapat menghadang di tengah lautan sono.
"Kita naik ini?"Yakin nih aman?seorang teman tiba-tiba nyeletuk.
Ternyata bukan hanya saya yang meragukan 'si fery besar'.
Tapi apa boleh buat, hanya dengan fery ini kami bisa ke Togean.
Maka
sebelum peluit kapal dibunyikan, kami buru-buru membeli tiket dan naik
ke atas fery. Rupanya kapal itu telah sesak dengan warga lokal yang
membawa banyak barang bawaan, mulai dari hewan ternak sampe hasil kebun.
Konon mereka adalah masyarakat suku Bajo yang tinggal di pulau-pulau
kecil di teluk Tomini.
Bersiap berlayar bersama si 'Fery Besar' |
tetap gaya meski kapalnya sesak |
Selain warga lokal,
para pelancong mancanegara juga nampak duduk manis di atas fery.
Beberapa teman cewek saya langsung kedip-kedip sambil cengengesan
melihat bule cowok yang kinclong-kinclong. Sumprit dah..mereka emang
cakep asli tanpa bahan pengawet.
Kalo saya perhatikan, dari
tampang dan bahasa yang mereka gunakan, para turis itu berasal dari
negara yang bevariasi. Ada yang dari Spanyol, Belanda, and Amerika.
Karena kami naik belakangan ke atas fery kami jadi rada kesulitan mencari space
yang cukup buat rombongan kami. Setelah keliling-keliling mencari
tempat, akhirnya kami menemukan sebuah bilik yang alhamdulillah tidak
cukup bagi kami semua. Tapi lumayanlah untuk duduk berdesak-desakan
selama 4 jam perjalanan laut.
*bersambung, adzan ashar berkumandang, penulisnya ciao dulu yaa*
Comments
Post a Comment