MULTI ETNIS(Sambungan)
Individualistik masyarakat kota besar pun nampak dikeseharian masyarakat Chicago. Tidak ada senyum basa-basi seperti yang biasa dilakukan masyarkat Ames bila berpapasan di jalan. Diversity di Chicago juga sangat Nampak. Orang-orang dari berbagai ras dan etnis nampak dimana-mana. Menurut pengamatan saya, Tidak susah untuk menemukan muslimah berjilbab di kota ini, sebab selama beberapa hari saya di sana, tidak jarang saya melihat atau berpapasan dengan para jilbaber. Kebanyakan mereka berwajah timur tengah. Hal ini semakin menegaskan bahwa pluralism di Amerikas Serikat adalah hal yang biasa. Masyarakat AS sudah terbiasa dengan kehadiran orang-orang dari luar negeri mereka.
Selama di Chicago saya telah bertemu dengan orang-orang dari berbagai bangsa, dari asia, Eropa, Afrika, sampai Timur Tengah. Kebetulan hostel tempat kami menginap adalah sebuah hostel yang memilki ‘guest’ dari berbagai negara. Saya sempat berbincang-bincang dengan seorang Yahudi bernama( Waduh,,lupa…) yang saya temui di meja billyard. Dia mengaku sedang berlibur ke Amerika. Saya juga bertemu dengan seorang lelaki dari Chile di kelas Salsa( saya sempat ikut kelas salsa di hostel tempat saya menginap,hihii…). Ia mengaku sebagai korban PHK di perusahaan tempat ia bekerja. Untuk menghilangkan ‘stress’nya ia memutuskan untuk jalan-jalan ke Amerika.
Asik juga bertemu dengan orang-orang dari berbeda bangsa, lumayanlah, memperkenalkan bangsa kita ke masyarakat dunia. Meski hanya dengan mengatakan,
"I'm riska, from Indonesia"
( dengan penekanan pada kata’Indonesia), secara tidak sadar kita telah memberitahukan eksistensi bangsa kita di peta Internasioanal, meskipun terkadang setelah itu mereka akan bertanya:
”Indonesia??where is it??”.
Pertanyaan itu terkadang membuat saya ingin bertanya balik
”Mas,pernah belajar IPS kagak di sekolahan??*Gondok
LAKE MICHIGAN,DANAU TERBESAR DI AS
Danau Michigan, satu tempat yang saya kenal dari buku IPS waktu jaman sekolahan dulu, adalah danau terbesar di AS yang membatasi negara bagian Indiana, Illinois, Wisconsin dan Michigan. Tempat ini sangat familiar ditelinga saya. Senang bisa melihatnya langsung. Danaunya ‘guedeeeee’banget…Nampak seperti laut alih-alih sebuah danau. Uniknya, di Sulawesi Tengah kampung saya, ada dua danau yang cukup terkenal, terutama bagi para peneliti. Namanya Danau Poso dan Danau Lindu. Danau- danau ini memiliki daya tarik sendiri. Misalnya, danau Poso (yang terletak di Kabupaten Poso) terkenal karena ikan sidatnya. Sementara danau Lindu terkenal dengan keanekaragaman flora dan fauna di sekitarnya. Yang menarik dari kisah ini adalah, saya,meskipun berada di provinsi yang sama dengan kedua danau itu, tapi belum pernah menjejakkan kaki di sana. Sementara Danau Michigan yang jauhnya beribu-ribu kilometer dari rumah saya, telah saya datangi secara tak sengaja. Kenyataan yang aneh.
Skydeck (willis Tower)
Disebut2 sebagai gedung tertinggi di AS, willis tower menjadi salah satu tempat wisata yang menarik buat turis di Chicago. Tingginya 1,730 Kaki dan terdiri dari 103 lantai.
Menurut informasi, dari skydeck kita bisa melihat 4 negara bagian sekaligus,Illinois,Indiana,Michigan dan Wisconsin. Sayangnya,hal itu hanya bisa dilihat bila langit cerah. Kemarin, waktu saya disana, langit Chicago mendung dan berawan, jadilah kami tidak bisa memandang negara bagian lain dari skydeck.
Shedd Aquarium Vs Seaworld Indonesia: Lumba-Lumba Indonesia lebih pintar,believe me!
Hmmm….menurut saya, Seaworld di Taman Impian Jaya Ancol lebih menarik dari Shedd Aquarium. Entahlah, tapi saya tidak menikmati kunjungan ke dua tempat ini. Yang pertama: Saya telah lebih dulu dikecewakan dengan pementasan lumba-lumba yang ‘biasa-biasa saja’ bila dibandingkan dengan pementasan lumba-lumba di Ancol(yang bisa berhitung dan melompati cincin api). Pementasan di Shedd sama skali tidak menarik sebab si Lumba-lumba hanya bisa mondar-mandir dari ujung kolam satu ke ujung lainnya karena dipanggil oleh para penyelam berbodi bohai. Selain itu, tidak ada yang bisa mereka lakukan. Mereka tidak melompat dengan indah seperti lumba-lumba Ancol yang bahkan bisa diajak salaman. Sungguhh..sama sekali tidak menarik menurut saya.*tepokjidat
Adler Planetarium: Kami datang untuk melihat bintang-bintang, bukan untuk menonton proses pembuatan Teleskop
Dari kecil saya selalu tertarik dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan antariksa. Planetarium dan Observatorium adalah tempat yang masuk daftar TOPTEN sebagai tempat yang paling ingin saya kunjungi. Di Indonesia, saya ingin sekali bisa ke Boscha Lembang, namun hingga saat ini keinginan itu belumlah tercapai. Makanya ketika Tour guide kami, Kevin White, mengatakan bahwa hari itu kami akan mengunjungi Adler Planetarium. Saya benar-benar excited luar dalem. Begitu masuk ke dalam planetarium, kami diberi tiket bertuliskan JOURNEY TO THE STARS. Wah…sepertinya kami akan menonton film documenter tentang bintang-bintang. Saya semakin menggebu-gebu dan bersemangat. Sebelum masuk kami diberi kacamata 3 dimensi. Wuihhh…kayaknya bakal seru nih,saya berguman dalam hati. Kemudian masuklah kami ke ruang nonton. Seperti di bioskop,namun lebih kecil. Film pun dimulai.
Dibuka dengan adegan langit malam penuh bintang,kemudian gambar beralih pada beberapa teleskop yang akan dipakai mengamati bintang-bintang. Sayangnya,setelah beberapa menit film diputar, tidak ada tanda-tanda kami akan diajak melakukan Journey to the star, yang ada hanyalah pengenalan teleskop dan proses kerjanya..Hoaaaaammm…membosankan…proses kerja teleskop telah kami pelajari di sekolah dalam mata pelajaran Fisika(meski saya sudah lupa sih..hehee). Kecewa asli. Padahal saya membayangkan kami akan dibawa menjelajahi bintang-bintang dan diperkenalkan rasi-rasi. Nyatanya??Walhasil saya jadi ngantuk. Ketika film usai, beberapa orang teman terbangun. Rupanya mereka tertidur segera setelah film diputar. LOL
Museum Science and Industry Chicago
Rabu Pagi di Millenium Park
Individualistik masyarakat kota besar pun nampak dikeseharian masyarakat Chicago. Tidak ada senyum basa-basi seperti yang biasa dilakukan masyarkat Ames bila berpapasan di jalan. Diversity di Chicago juga sangat Nampak. Orang-orang dari berbagai ras dan etnis nampak dimana-mana. Menurut pengamatan saya, Tidak susah untuk menemukan muslimah berjilbab di kota ini, sebab selama beberapa hari saya di sana, tidak jarang saya melihat atau berpapasan dengan para jilbaber. Kebanyakan mereka berwajah timur tengah. Hal ini semakin menegaskan bahwa pluralism di Amerikas Serikat adalah hal yang biasa. Masyarakat AS sudah terbiasa dengan kehadiran orang-orang dari luar negeri mereka.
Selama di Chicago saya telah bertemu dengan orang-orang dari berbagai bangsa, dari asia, Eropa, Afrika, sampai Timur Tengah. Kebetulan hostel tempat kami menginap adalah sebuah hostel yang memilki ‘guest’ dari berbagai negara. Saya sempat berbincang-bincang dengan seorang Yahudi bernama( Waduh,,lupa…) yang saya temui di meja billyard. Dia mengaku sedang berlibur ke Amerika. Saya juga bertemu dengan seorang lelaki dari Chile di kelas Salsa( saya sempat ikut kelas salsa di hostel tempat saya menginap,hihii…). Ia mengaku sebagai korban PHK di perusahaan tempat ia bekerja. Untuk menghilangkan ‘stress’nya ia memutuskan untuk jalan-jalan ke Amerika.
Asik juga bertemu dengan orang-orang dari berbeda bangsa, lumayanlah, memperkenalkan bangsa kita ke masyarakat dunia. Meski hanya dengan mengatakan,
"I'm riska, from Indonesia"
( dengan penekanan pada kata’Indonesia), secara tidak sadar kita telah memberitahukan eksistensi bangsa kita di peta Internasioanal, meskipun terkadang setelah itu mereka akan bertanya:
”Indonesia??where is it??”.
Pertanyaan itu terkadang membuat saya ingin bertanya balik
”Mas,pernah belajar IPS kagak di sekolahan??*Gondok
LAKE MICHIGAN,DANAU TERBESAR DI AS
Danau Michigan, satu tempat yang saya kenal dari buku IPS waktu jaman sekolahan dulu, adalah danau terbesar di AS yang membatasi negara bagian Indiana, Illinois, Wisconsin dan Michigan. Tempat ini sangat familiar ditelinga saya. Senang bisa melihatnya langsung. Danaunya ‘guedeeeee’banget…Nampak seperti laut alih-alih sebuah danau. Uniknya, di Sulawesi Tengah kampung saya, ada dua danau yang cukup terkenal, terutama bagi para peneliti. Namanya Danau Poso dan Danau Lindu. Danau- danau ini memiliki daya tarik sendiri. Misalnya, danau Poso (yang terletak di Kabupaten Poso) terkenal karena ikan sidatnya. Sementara danau Lindu terkenal dengan keanekaragaman flora dan fauna di sekitarnya. Yang menarik dari kisah ini adalah, saya,meskipun berada di provinsi yang sama dengan kedua danau itu, tapi belum pernah menjejakkan kaki di sana. Sementara Danau Michigan yang jauhnya beribu-ribu kilometer dari rumah saya, telah saya datangi secara tak sengaja. Kenyataan yang aneh.
Skydeck (willis Tower)
Disebut2 sebagai gedung tertinggi di AS, willis tower menjadi salah satu tempat wisata yang menarik buat turis di Chicago. Tingginya 1,730 Kaki dan terdiri dari 103 lantai.
Menurut informasi, dari skydeck kita bisa melihat 4 negara bagian sekaligus,Illinois,Indiana,Michigan dan Wisconsin. Sayangnya,hal itu hanya bisa dilihat bila langit cerah. Kemarin, waktu saya disana, langit Chicago mendung dan berawan, jadilah kami tidak bisa memandang negara bagian lain dari skydeck.
Shedd Aquarium Vs Seaworld Indonesia: Lumba-Lumba Indonesia lebih pintar,believe me!
Hmmm….menurut saya, Seaworld di Taman Impian Jaya Ancol lebih menarik dari Shedd Aquarium. Entahlah, tapi saya tidak menikmati kunjungan ke dua tempat ini. Yang pertama: Saya telah lebih dulu dikecewakan dengan pementasan lumba-lumba yang ‘biasa-biasa saja’ bila dibandingkan dengan pementasan lumba-lumba di Ancol(yang bisa berhitung dan melompati cincin api). Pementasan di Shedd sama skali tidak menarik sebab si Lumba-lumba hanya bisa mondar-mandir dari ujung kolam satu ke ujung lainnya karena dipanggil oleh para penyelam berbodi bohai. Selain itu, tidak ada yang bisa mereka lakukan. Mereka tidak melompat dengan indah seperti lumba-lumba Ancol yang bahkan bisa diajak salaman. Sungguhh..sama sekali tidak menarik menurut saya.*tepokjidat
Adler Planetarium: Kami datang untuk melihat bintang-bintang, bukan untuk menonton proses pembuatan Teleskop
Dari kecil saya selalu tertarik dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan antariksa. Planetarium dan Observatorium adalah tempat yang masuk daftar TOPTEN sebagai tempat yang paling ingin saya kunjungi. Di Indonesia, saya ingin sekali bisa ke Boscha Lembang, namun hingga saat ini keinginan itu belumlah tercapai. Makanya ketika Tour guide kami, Kevin White, mengatakan bahwa hari itu kami akan mengunjungi Adler Planetarium. Saya benar-benar excited luar dalem. Begitu masuk ke dalam planetarium, kami diberi tiket bertuliskan JOURNEY TO THE STARS. Wah…sepertinya kami akan menonton film documenter tentang bintang-bintang. Saya semakin menggebu-gebu dan bersemangat. Sebelum masuk kami diberi kacamata 3 dimensi. Wuihhh…kayaknya bakal seru nih,saya berguman dalam hati. Kemudian masuklah kami ke ruang nonton. Seperti di bioskop,namun lebih kecil. Film pun dimulai.
Dibuka dengan adegan langit malam penuh bintang,kemudian gambar beralih pada beberapa teleskop yang akan dipakai mengamati bintang-bintang. Sayangnya,setelah beberapa menit film diputar, tidak ada tanda-tanda kami akan diajak melakukan Journey to the star, yang ada hanyalah pengenalan teleskop dan proses kerjanya..Hoaaaaammm…membosankan…proses kerja teleskop telah kami pelajari di sekolah dalam mata pelajaran Fisika(meski saya sudah lupa sih..hehee). Kecewa asli. Padahal saya membayangkan kami akan dibawa menjelajahi bintang-bintang dan diperkenalkan rasi-rasi. Nyatanya??Walhasil saya jadi ngantuk. Ketika film usai, beberapa orang teman terbangun. Rupanya mereka tertidur segera setelah film diputar. LOL
Museum Science and Industry Chicago
Setelah
dari Adler kami pergi ke Museum Science. Kami menonton film documenter
tentang Tornados. Menarik, karena visualisasinya benar-benar nyata,
bioskopnya dirancang unik, dimana seluruh dinding dijadikan layar.
Kecuali yang bagian belakang. Kami menyaksikan tornado datang seperti
benar-benar terlibat di dalamanya. Sayangnya,beberapa hari
kemudian,gara2 film tornado itu, kami jadi ketakutan ketika ada Tornado
Alert di Iowa. Hahaa..saya dan beberapa teman jadi panik sendiri.
Rabu Pagi di Millenium Park
Kalau
di Indonesia ada film berjudul Minggu Pagi di Victoria Park, maka saya
mencontek judulnya untuk kisah saya di taman millennium ini. Taman ini
adalah tempat paling menarik yang saya kunjungi di Chicago. Letaknya
tepat di downtown kota Chicago. Sebenarnya tidak ada yang special dari
taman ini, hanya saja, ada sebuah bola kaca(entah bagaimana
mendeskripsikannya, karena ia sama skali tidak berbentuk benar-benar
bola, melainkan elips) yang sangat menarik perhatian saya dan pengunjung
lain. Di bola itu (biarlah saya menyebutnya bola), kita bisa melihat
pantulan diri kita dan pantulan alam sekitar kita, termasuk
gedung-gedung pencakar langit Chicago. Biasa saja kan sebenarnya? Tapi
saya sangat menyukai taman ini, dan betah menghabiskan waktu berjam-jam
di sana, hanya untuk....…ngaca! Hahahaa.
Di
taman ini banyak sekali turis. Tanpa disangka-sangka kami bertemu dua
orang backpacker asal Indonesia, namanya bang Jordan & Bang
Ryan. Katanya mereka sedang travelling keliling AS (jadi ngiri)
Begitulah,
perjalanan singkat saya di kota ketiga terbesar di Amerika itu. Sangat
berkesan meski beberapa tempat yang saya datangi membosankan. Namun
demikian, saya bersyukur untuk kesempatan itu. Bisa melihat sisa lain
dunia ini rasanya menyenangkan. Rupanya, dunia tidak benar-benar selebar
daun kelor,jenderal!=D
***
NB: Suatu hari nanti saya ingin kembali ke Chicago (bila Tuhan menghendaki), travelling sendirian (emm,,ralat, jangan sendirian deh, at least ada partner biar cuman seorang,hehe) tanpa harus ikut Rombongan Tour, sebab ada banyak hal menarik yang saya lewatkan di kota ini karena keterbatasan waktu (harus ikut aturan Tour Leader ternyata kurang menyenangkan*sigh)
***
NB: Suatu hari nanti saya ingin kembali ke Chicago (bila Tuhan menghendaki), travelling sendirian (emm,,ralat, jangan sendirian deh, at least ada partner biar cuman seorang,hehe) tanpa harus ikut Rombongan Tour, sebab ada banyak hal menarik yang saya lewatkan di kota ini karena keterbatasan waktu (harus ikut aturan Tour Leader ternyata kurang menyenangkan*sigh)
Comments
Post a Comment