Saya melirik arloji, waktu sudah menunjukkan
pukul 2 pagi. Oh NOOOO! Gimana caranya kita balik ke hotel di jam segini? cuma
berdua lagi?Siang hari aja horror, apalagi malam kayak gini. Ini New Delhi
loh...India loh...baru 3 bulan yang lalu ada kasus Delhi-Gang-Rape yang
menggegerkan dunia. Hadohhh...Saya mulai panik. Seakan memperburuk keadaan, di
luar ternyata hujan turun dengan derasnya. Satu-satu harapan adalah mencari
teman lelaki yang masih normal dan mau diajak pulang ke hotel. Saya
menyapukan pandangan ke seluruh ruangan, hedehhh...semuanya mulai 'fly'. yang
sadar cuma waiter dan security di pub sama si Tur Guide yang sepertinya dari
tadi memperhatikan kami.
"Kak...gimana dong?" tanya saya
kepada Mega,putus asa.
Mega,meski dalam hatinya rada panik, tapi masih
bisa menunjukkan sikap tenang.
"Hmm..kita nda mungkin tunggu mereka
ka,.pasti semuanya pulang pagi"
"Tapi kak,,kalo kita pulang cuma berdua
kan danger,.."Saya sudah membayangkan wajah-wajah penjahat India yang
berkeliaran di luar sana. hiyyy....Dalam hati saya mulai menyesal, kenapa harus
mengikuti ajakan teman2 tadi. Harusnya dari awal saya tau kalo ini anak-anak
bakalan pulang pagi"
Hadohhhhhhhh...saya langsung terbayang wajah
Ahmed, Abdullah dan Aini, kawan muslim saya dari Oman dan Afganistan yang
selalu melarang dan mengingatkan saya dan Mega untuk tidak melakukan
hal-hal yang di larang agama. Mereka memang sudah mengingatkan untuk jangan
mengikuti ajakan teman-teman, tapi saya dan Mega memang bandel..huhuuuu,nyesel.
Malam makin larut, hujan makin deras,
teman-teman makin mabok. Satu-satunya opsi adalah naik taksi..but...saya tetap
ga merasa aman.India terlalu berbahaya, jauh lebih berbahaya dari apa yang kita
pikirkan, Duh Gusti..Allah,,maafkan hambamu yang liar ini,saya mulai merintih
dalam hati, saya janji ga dua kali main ke club malam kayak gini, Help us
gusti.....rengek saya dalam hati,
Di saat saya dan Mega mulai putus asa mencari
cara untuk kembali ke hotel, tiba-tiba si Tur Guide, Raymond, itu mendekati
kami
"What's going on girls?" Any
problem?" tanyanya ramah. To be honest i don't like the way he look at us.
Kalo bahasa Palu, mukanya sih semacam muka cowo2 nakese*
Mega akhirnya menjelaskan masalah kami.
"we want to go home now"
Raymond kemudian berkata" nahh...it's not
safe for u girls to come home alone, why should go now?just wait others"
Mega berkata dengan tegas" NO. We are
getting uncomfortable"
Raymond menyapukan pandangan ke seluruh
ruangan, teman-teman makin mabuk,"err..yeah...i know..katanya berempati.
" You guys,muslim rite?"
"Yeahh...jawab kami berbarengan
Kalian adalah muslim yang baik "katanya
"eh?'saya agak kaget dg kalimatnya
"Cowok kacamata itu juga muslim kan,tapi
liat dia sudah asik mabuk-mabukan. Kalian, saya perhatikan dari tadi, sama
sekali tidak menyetuh minuman berakohol, tidak mau diajak berdansa, bahkan
sangat menjaga jarak dengan lawan jenis, saya kristen, tapi ada keluarga
saya yang islam, dan saya tahu islam melarang pemeluknya untuk minum minuman
beralkohol.
Saya dan Mega melongo.....Muslim yang
baik?Kita? Hedeh...muslim yang baik ga akan keluar clubbing malam-malam kayak
gini, muslim yang baik akan meninggalkan semua hal yang sia-sia macam gini,
muslim yang baik ga bakal terjebak dengan kebodohoannaya sendiri seperti malam
ini. Hedehhhh....-_-'. Saya benar-benar menyesal. Sangat menyesal.
"Kebetulan saya bawa mobil" si Tur
guide melanjutkan. Hotel kalian tidak jauh kan dari sini?I'll give you a
ride"
Saya dan Mega berpandangan. Diam. Jujur, saya
khawatir, Pemuda di depan kami ini tidak kami kenal sama sekali. Bagaimana
kalau dia berniat jahat? Tengah malam begini,di India jangan sembarang
mempercayai orang.BAru tadi pagi saya baca berita di Hindustan times, ada
seorang turis yang diperkosa oleh kawan indianya sendiri.Bagaimana kalo tidak
mengantar kami ke hotel? Bagaimana kalo dia menculik kami?okelah dia sendiri
sekarang,tapi gimana kalo ternyata di luar sana teman-temannya sudah menunggu?
Hadooohhhhhhhhhhhhhhhhh....Allah ampuni
kami...lindungi kami
"Gimana?" tanya si Raymond lagi.
Sepertinya ia menangkap kecemasan di wajah kami."yeah..I know,,India isn't
safe for girls.especially in the mid nite like this..but I really want to help
you"
Wah dia
mulai memaksa. Saya semakin curiga.
Sejurus
kemudian Mega langsung mengiyakan. Saya memberikan tatapan
'Are-you-sure-kak-He-is- a- stranger' kepada Mega, namun dia tetap bersikap
tenang.
"Insha
Allah tidak apa2 ika...dari pada kita disini sampe pagi"bisik Mega,
menyadari kecemasan saya.
Raymond
mengeluarkan kunci mobilnya, nampak senang.
"Let's
go,girls!" Ia mendahului kami keluar.
Di
pintu keluar, security club mencegat nya. Ia di ajak berdiskusi sejenak,
beberapa meter jauh dari kami. Mereka nampak saling berdebat. Si Security
menanyakan beberapa hal dalam bahasa India kepada si tur guide, sepertinya ia
tidak mempercayainya. Saya melihat Security mulai mengeluarkan buku catatannya,
ia menulis data diri Raymond, termasuk alamat dan no HPnya. Dengan tenang
Raymond menjawabnya. Setelah selesai, Raymond mendekati kami dan langsung mengajak
kami ke mobilnya. Si Security berkumis, masih tampak tidak senang. Sepertinya
ia mengkhawatirkan keselamatan kami.
Saya
semakin cemas......
Di
luar hujan turun sangat deras, saya dan Mega berlari menuju sedan Raymond.
Ketika
kami telah duduk di jok mobil (Mega di depan, saya di belakang dengan posisi
pantat melayang*tak usah dibayangkan bagaimana itu* siap loncat bila terjadi
apa-apa)
"Tadi
itu si security hanya memastikan bahwa saya akan benar-benar mengantar kalian
ke Hotel, apakah tampang saya seperti penjahat?" Raymond tertawa sendiri.
Bukan
cuma penjahat, tapi om-om maniso juga batin saya ( masih dengan pantat melayang)
Mega
dan Si Raymond kemudian terlibat dalam percakapan ringan, yang saya lupa apa
karna saya sibuk memperhatikan kunci otomatis mobil sedan Raymond,saya mulai
mikir bagaimana cara membobolnya di situasi genting (Yes I am pathetic
paranoid).
Suasana
tengah malam Delhi nampak mencekam, jalanan yang biasa ramai dan padat, kini
lengang,hujan deras masih mengguyur. Hotel kami memang tidak jauh, tapi entah
mengapa si Raymond berputar-putar di jalan yang tidak kami lewati ketika kami
datang tadi. Seperti lupa jalan begitulah..
Dohhh...Hati
saya mencelos.
"
Sorry..beberapa jalan sudah ditutup kalo malam begini, saya lupa,but don'r
worry,I'll find another way" Katanya semacam nampak kebingungan.
Dalam
hati saya bergumam..gimana sih tur guide ga tau jalan?
Setelah
beberapa menit berputar-putar akhirnya kami menemukan jalan yang saya kenali
sebagai jalan menuju hotel, fiuhhh.
"Ok,
Parkland Hotel Nehru Place, right?"
Yep,jawab
saya dan Mega,
"Oh
ya, sebelum kalian sampai di hotel, saya ingin memberitahu bahwa tumpangan saya
ini sebenarnya tidak gratis"
DEG! maksudnya?
1
ato 2 ciuman dari kalian kayaknya tidak masalah sebagai balas
jasa"kerlingnya dengan wajah serius
WHAT?!
Saya dan Mega tidak menyangka dia akan mengatakan hal itu.
"Oh
it's ok if you don't want" sambungnya dengan wajah kecewa
"........"
Saya
melirik Mega.Perasaan saya tidak enak. Pantat saya masih melayang di jok
"hahahaa...just
kidding, don't take it personally" Si Raymond tertawa.'Oke jadi mana hotel
kalian?
"Saya
tahu India tidak aman untuk gadis seperti kalian , jadi saya akan mengantar
kalian sampai depan hotel.
S
Tur Guide mengantar kami hingga depan hotel.
Perasaan
lega menjalari seluruh elemen tubuh saya ketika bangunan Parkland Hotel nampak
di depan mata. fiuhh...selamat. Thank God. Dengan semangat 45 saya hendak
meloncat dari jok si Raymond,
"Wait....."
Tahan si Raymond. "Are you sure won't give me a kiss? For thanking this
free ride maybe?"
"No
thankssssssssssssssssssssss.....jawab saya dan Mega bersamaan.
Lelaki india itu kemudian terbahak lagi, "Hahaha baiklah...pergi masuklah ke hotel dan beristirahatlah, nice to meet you"
Sembari menerka-nerka apakah Raymond sedang bercanda atau memang serius, kami keluar dari sedan itu, setelah mengucapkan terima kasih kepada Raymond (lebih dari sekali seingat saya) kami bergegas berlari ke hotel sementara pemuda India itu memacu mobilnya menembus kegelapan malam kota New Delhi. Saya sudah tidak peduli lagi apakah ia bercanda atau tidak soal ciuman itu, yang penting kami tiba dengan selamat kembali ke hotel.(Alhamdulillah 1000 kali)
Doorman Parkland Hotel nampak agak terkejut ketika melihat kami muncul , mungkin dalam hatinya ia bertanya tanya apa kira-kira yang dilakukan 2 gadis muslim ini di luar,tengah malam begini. Masih tidak peduli,kami langsung menuju kamar.Lelah.
Malam itu,,adalah malam pertama saya menginjakkan kaki di club malam, dan saya berjanji tidak akan melakukan hal yang sama lagi, dimanapun saya berada nantinya. Pengalaman malam ini cukup menjadi pelajaran berharga buat saya.
Bagi Raymond, mungkin kami adalah representasi muslim yang baik, tapi bagi saya sendiri,pengalaman malam itu menyadarkan saya bahwa sebagai muslim saya masih perlu banyak belajar, termasuk mengendalikan diri untuk tidak ikut ikutan melakukan hal yang sia-sia. Saya berjilbab, tanpa mengatakan bahwa saya seorang muslim, dari penampilan saya orang akan tahu bahwa saya adalah muslim. Seperti kata mbak Hanum, sudah sepatutnya saya menjadi agent muslim yang baik, di mana pun saya berada.
Waktu nyaris pukul 3 dini hari, setelah mencuci muka dan menggosok gigi, saya naik ke tempat tidur. Sekilas pikiran saya melayang ke club malam,membayangkan kira-kira apa yang terjadi dengan teman-teman saya, jangan-jangan sudah ada yang menari striptis di dance floor.
Tau
ahh...I don't care,saya lelah, saya ingin tidur.
Di luar hujan turun semakin deras......
*****
*New Delhi, 2 tahun silam......
Comments
Post a Comment