Aku berjalan setengah berlari, memeluk tubuh kurusku yang menggigil
kedinginan. Parah, minus enam derajat celcius, umpatku dalam hati.
Padahal ini sudah musim semi, bukan lagi winter. Tapi kenapa dinginnya
masih menusuk-nusuk ya?
“This is warmer than 2 months ago”aku teringat kata-kata Jihoon, teman Koreaku yang telah beberapa tahun menetap di Iowa. Warmer??!Warmer bagaimana??aku sudah mengenakan 3 jaket tebal, tapi udara dingin masih saja merasuk hingga ke rusuk.
Aku melirik arlojiku, masih 10 menit lagi dari janji yang kami tentukan. Tapi aku harus tiba di apartemen Ken sebelum pukul 5. “Orang Amerika itu tepat waktu” aku teringat kata-kata ayahku.
Kalau bukan karena janji dengan Ken, mana mau aku keluar di hari minggu yang dingin seperti ini. Ah, Ken..wajah tampannya terbayang. Betapa baiknya pemuda Amerika ini. Sejak hari pertamaku di Iowa, dia selalu membantuku. Aku ingat waktu pertama kali aku tiba di Ames sebulan yang lalu. Waktu itu, untuk pertama kalinya aku harus ke Iowa State Univesity, kampus yang akan menjadi tempatku menimba ilmu selama 2 tahun ke depan sebagai mahasiswa S2 penerima beasiswa Fullbright. Saat itu situasi kota ini masih sangat asing. Maklumlah, ini pertama kalinya aku ke Amerika. Andrea, perwakilan AMINEF yang bertugas membantuku di hari-hari awal di AS mengatakan bahwa yang aku harus lakukan bila akan pergi ke kampus adalah naik bus Blue South no 3 dari SUV, kompleks apartemenku. Maka pergilah aku ke halte terdekat menunggu bus yang katanya akan melintas pukul 08.30 itu. Menunggu dan menunggu, sudah hampir lewat 5 menit dari jadwal yang ditentukan bus Blue South itu tak kunjung datang. Beberapa menit lalu sebuah bus berwarna merah oranye melintas. Aku yakin itu bukan busku. Makanya aku tak ikut naik kala bus itu berhenti di halte. Aku malah asyik memperhatikan peta kota Ames. Hmm..aku tak sabar menjelajahi kota ini” batinku excited. Detik demi detik berlalu, sebuah bus berwarna merah oranye kembali berhenti di halte. Hmm, bus biru mana yah??ini sudah lewat 20 menit. Aku mengecek kembali Bus Schedule, apa aku salah liat jadwal? Atau memang si bus yang datangnya lelet. Tapi..ah tak mungkin, This is America Man! Negara yang katanya selalu menghargai waktu. Aku mulai merasa ada sesuatu yang janggal.
Aku melirik lagi arlojiku. Ow..aku nyaris terlambat ke kampus. Lalu ekor mataku menangkap sesosok pemuda yang berjalan santai ke arahku. Tubuhnya tinggi tegap, rambutnya coklat berkilauan. Ia mengenakan Jumper bertuliskan Iowa State berwarna abu-abu. Hmm, ia pasti hendak ke kampus'pikirku dalam hati.
Merasa diperhatikan,lelaki itu melemparkan senyum ke arahku dan...............aku terbang.
Dengan lesung pipi di kedua pipinya, harus aku akui kalau senyumnya maut. Dia tampan.Bukan. Dia sangat tampan!
'Hi...' sapanya ramah.
Aku membalasnya dengan senyuman. Tak mampu membalas dengan kata-kata. Aku masih terpana. Rasanya tak menginjak tanah. Tiba- tiba aku sadar, aku harus bertanya padanya mengenai si bus biru yang tak kunjung datang.
“Sorry...are u going to ISU?”tanyaku, masih tak menginjak tanah
“yep”jawabnya sambil tersenyum.
"Me too,,,I've been waiting the buss for about 30 minutes"kataku
“Really?it will be here in every 10 minutes,you should have missed the buss”katanya sambil mengerutkan kening"
“No, I don't think so, yeah.,several minutes ago, there was a bus but it wasn't the blue one”kataku.
Tiba-tiba.....pemuda itu terbahak.....
“you don't think the buss is really blue, rite?
“I guessed so” kataku dengan tampang bloon
"Ha..ha..ha..Noo...all busses here have same color, but you may know that it's blue, red or brown by looking at the board on the buss ha..ha..ha...
“Ha??aku melongo dongo. Dan kembali menghempas tanah
“Here is our buss” katanya sambil menunjuk bus berwarna sama yang tadi melintas di halte.
Tentu saja, meski warnanya merah-oranye tapi bus itu adalah Blue South No 3, hal itu tertera jelas di board depan bus yang tadi sama sekali tak kuperhatikan.
Seketika, aku merasa makhluk paling bodoh di atas bumi.
***
Sejak pertemuan di halte itu, aku menjadi akrab dengan Ken. Ia selalu membantuku bila aku menemui kesulitan. Sebagai orang baru di Ames dan Amerika, tentu saja bantuannya sangat berguna. Ia menemaniku ke Wallmart, ke Hyvee atau ke Asian Market saat aku harus berbelanja kebutuhanku sehari-hari. Ia bahkan menunjukkan jalan menuju ke Islamic Center Darul Qalam Ames, ketika aku ingin solat berjamaah dengan sodara-sodaraku seiman. “Call me anytime you need help,OK?” katanya sambil tersenyum. Senyum lesung pipit yang selalu membuatku terbang. Senyum paling manis sedunia. Huahhhhhh...Kennnn.....kamu kenapa kamu baik banget....?
Perlahan, aku pikir aku menyukainya.
***
Ken dan aku kerap makan siang bersama. Berdiskusi banyak hal terutama tentang Indonesia. Ia benar-benar tertarik dengan Indonesia. Aku menunjukkan padanya foto-foto Indonesia yanng memang sengaja aku bawa dari Indonesia sebagai usahaku untuk memperkenalkan negaraku di Amerika. Negeri - negeri paling kaya dan indah di dunia adalah negeri-negeri di daerah tropis, puji Ken. Iklim yang bagus, dengan flora dan fauna yang beragam.” You must be proud of your country”kata-katanya menyentakku. proud??Hmm..kadang ya kadang tidak. Apalagi kalo mengingat masalah korupsi yang mendarah daging di negeriku sana. Bagaimana aku bisa bangga? Tapi Ken benar, Indonesia memang negeri kaya, sumber daya alamnya melimpah ruah. Sayang, SDMnya belum memadai untuk mengolahnya. Belum lagi kesadaran masyarakat kita yang masih rendah.
Ah..Indonesia..Aku sayang sekaligus kasihan padamu.
***
Tadi siang, smsnya masuk ke handphoneku, hari ini ulang tahunnya dan ia mengundangku ke apartemennya untuk makan malam. Pesta kecil-kecilan katanya. Aku tak perlu bawa apa-apa. Ia hanya berharap aku bisa menyempatkan diri untuk hadir. Ia juga akan mengundang beberapa teman dekatnya. Meski Ken bilang aku tak perlu bawa apa-apa, tapi aku sudah mempersiapkan kado ulang tahun untuknya. Sebuah kemeja batik yang aku bawa dari Indonesia. Aku yakin dia menyukainya.
***
Aku mengetuk pintu apartemen University Village no 55. Tak ada jawaban. Sekali lagi. Masih tak ada jawaban. Aku mendorong pintu perlahan, tak dikunci rupanya.
“Ken....???"
Aku melongok ke dalam.
Dan terkejut dalam diam.
Sebuah pemandangan tak lazim nampak di hadapanku
Dua orang pemuda sedang berpelukan. Bibir mereka menempel satu sama lain, berciuman dengan mesra. Aku ternganga, kado ulang tahun di tanganku terjatuh ke lantai tanpa sadar.
Seketika kedua pemuda itu tersadar, mereka melepaskan diri satu sama lain dan berpaling ke arahku..
“Oh, Melly, You are here...sorry, I ain't hear you..”
Mukaku pucat pasi, tak percaya dengan apa yang baru saja aku lihat.
“Come in “kata Ken ramah. “This is Adam, my boy-friend”ia memperkenalkan laki-laki yang tadi diciumnya dengan mesra sambil tersenyum. Senyum lesung pipitnya sepeti biasa.
Seketika, aku merasa senyum itu adalah senyum paling menjijikkan di dunia.
***
*Terinspirasi dari pengalaman di Negeri Paman Sam
“This is warmer than 2 months ago”aku teringat kata-kata Jihoon, teman Koreaku yang telah beberapa tahun menetap di Iowa. Warmer??!Warmer bagaimana??aku sudah mengenakan 3 jaket tebal, tapi udara dingin masih saja merasuk hingga ke rusuk.
Aku melirik arlojiku, masih 10 menit lagi dari janji yang kami tentukan. Tapi aku harus tiba di apartemen Ken sebelum pukul 5. “Orang Amerika itu tepat waktu” aku teringat kata-kata ayahku.
Kalau bukan karena janji dengan Ken, mana mau aku keluar di hari minggu yang dingin seperti ini. Ah, Ken..wajah tampannya terbayang. Betapa baiknya pemuda Amerika ini. Sejak hari pertamaku di Iowa, dia selalu membantuku. Aku ingat waktu pertama kali aku tiba di Ames sebulan yang lalu. Waktu itu, untuk pertama kalinya aku harus ke Iowa State Univesity, kampus yang akan menjadi tempatku menimba ilmu selama 2 tahun ke depan sebagai mahasiswa S2 penerima beasiswa Fullbright. Saat itu situasi kota ini masih sangat asing. Maklumlah, ini pertama kalinya aku ke Amerika. Andrea, perwakilan AMINEF yang bertugas membantuku di hari-hari awal di AS mengatakan bahwa yang aku harus lakukan bila akan pergi ke kampus adalah naik bus Blue South no 3 dari SUV, kompleks apartemenku. Maka pergilah aku ke halte terdekat menunggu bus yang katanya akan melintas pukul 08.30 itu. Menunggu dan menunggu, sudah hampir lewat 5 menit dari jadwal yang ditentukan bus Blue South itu tak kunjung datang. Beberapa menit lalu sebuah bus berwarna merah oranye melintas. Aku yakin itu bukan busku. Makanya aku tak ikut naik kala bus itu berhenti di halte. Aku malah asyik memperhatikan peta kota Ames. Hmm..aku tak sabar menjelajahi kota ini” batinku excited. Detik demi detik berlalu, sebuah bus berwarna merah oranye kembali berhenti di halte. Hmm, bus biru mana yah??ini sudah lewat 20 menit. Aku mengecek kembali Bus Schedule, apa aku salah liat jadwal? Atau memang si bus yang datangnya lelet. Tapi..ah tak mungkin, This is America Man! Negara yang katanya selalu menghargai waktu. Aku mulai merasa ada sesuatu yang janggal.
Aku melirik lagi arlojiku. Ow..aku nyaris terlambat ke kampus. Lalu ekor mataku menangkap sesosok pemuda yang berjalan santai ke arahku. Tubuhnya tinggi tegap, rambutnya coklat berkilauan. Ia mengenakan Jumper bertuliskan Iowa State berwarna abu-abu. Hmm, ia pasti hendak ke kampus'pikirku dalam hati.
Merasa diperhatikan,lelaki itu melemparkan senyum ke arahku dan...............aku terbang.
Dengan lesung pipi di kedua pipinya, harus aku akui kalau senyumnya maut. Dia tampan.Bukan. Dia sangat tampan!
'Hi...' sapanya ramah.
Aku membalasnya dengan senyuman. Tak mampu membalas dengan kata-kata. Aku masih terpana. Rasanya tak menginjak tanah. Tiba- tiba aku sadar, aku harus bertanya padanya mengenai si bus biru yang tak kunjung datang.
“Sorry...are u going to ISU?”tanyaku, masih tak menginjak tanah
“yep”jawabnya sambil tersenyum.
"Me too,,,I've been waiting the buss for about 30 minutes"kataku
“Really?it will be here in every 10 minutes,you should have missed the buss”katanya sambil mengerutkan kening"
“No, I don't think so, yeah.,several minutes ago, there was a bus but it wasn't the blue one”kataku.
Tiba-tiba.....pemuda itu terbahak.....
“you don't think the buss is really blue, rite?
“I guessed so” kataku dengan tampang bloon
"Ha..ha..ha..Noo...all busses here have same color, but you may know that it's blue, red or brown by looking at the board on the buss ha..ha..ha...
“Ha??aku melongo dongo. Dan kembali menghempas tanah
“Here is our buss” katanya sambil menunjuk bus berwarna sama yang tadi melintas di halte.
Tentu saja, meski warnanya merah-oranye tapi bus itu adalah Blue South No 3, hal itu tertera jelas di board depan bus yang tadi sama sekali tak kuperhatikan.
Seketika, aku merasa makhluk paling bodoh di atas bumi.
***
Sejak pertemuan di halte itu, aku menjadi akrab dengan Ken. Ia selalu membantuku bila aku menemui kesulitan. Sebagai orang baru di Ames dan Amerika, tentu saja bantuannya sangat berguna. Ia menemaniku ke Wallmart, ke Hyvee atau ke Asian Market saat aku harus berbelanja kebutuhanku sehari-hari. Ia bahkan menunjukkan jalan menuju ke Islamic Center Darul Qalam Ames, ketika aku ingin solat berjamaah dengan sodara-sodaraku seiman. “Call me anytime you need help,OK?” katanya sambil tersenyum. Senyum lesung pipit yang selalu membuatku terbang. Senyum paling manis sedunia. Huahhhhhh...Kennnn.....kamu kenapa kamu baik banget....?
Perlahan, aku pikir aku menyukainya.
***
Ken dan aku kerap makan siang bersama. Berdiskusi banyak hal terutama tentang Indonesia. Ia benar-benar tertarik dengan Indonesia. Aku menunjukkan padanya foto-foto Indonesia yanng memang sengaja aku bawa dari Indonesia sebagai usahaku untuk memperkenalkan negaraku di Amerika. Negeri - negeri paling kaya dan indah di dunia adalah negeri-negeri di daerah tropis, puji Ken. Iklim yang bagus, dengan flora dan fauna yang beragam.” You must be proud of your country”kata-katanya menyentakku. proud??Hmm..kadang ya kadang tidak. Apalagi kalo mengingat masalah korupsi yang mendarah daging di negeriku sana. Bagaimana aku bisa bangga? Tapi Ken benar, Indonesia memang negeri kaya, sumber daya alamnya melimpah ruah. Sayang, SDMnya belum memadai untuk mengolahnya. Belum lagi kesadaran masyarakat kita yang masih rendah.
Ah..Indonesia..Aku sayang sekaligus kasihan padamu.
***
Tadi siang, smsnya masuk ke handphoneku, hari ini ulang tahunnya dan ia mengundangku ke apartemennya untuk makan malam. Pesta kecil-kecilan katanya. Aku tak perlu bawa apa-apa. Ia hanya berharap aku bisa menyempatkan diri untuk hadir. Ia juga akan mengundang beberapa teman dekatnya. Meski Ken bilang aku tak perlu bawa apa-apa, tapi aku sudah mempersiapkan kado ulang tahun untuknya. Sebuah kemeja batik yang aku bawa dari Indonesia. Aku yakin dia menyukainya.
***
Aku mengetuk pintu apartemen University Village no 55. Tak ada jawaban. Sekali lagi. Masih tak ada jawaban. Aku mendorong pintu perlahan, tak dikunci rupanya.
“Ken....???"
Aku melongok ke dalam.
Dan terkejut dalam diam.
Sebuah pemandangan tak lazim nampak di hadapanku
Dua orang pemuda sedang berpelukan. Bibir mereka menempel satu sama lain, berciuman dengan mesra. Aku ternganga, kado ulang tahun di tanganku terjatuh ke lantai tanpa sadar.
Seketika kedua pemuda itu tersadar, mereka melepaskan diri satu sama lain dan berpaling ke arahku..
“Oh, Melly, You are here...sorry, I ain't hear you..”
Mukaku pucat pasi, tak percaya dengan apa yang baru saja aku lihat.
“Come in “kata Ken ramah. “This is Adam, my boy-friend”ia memperkenalkan laki-laki yang tadi diciumnya dengan mesra sambil tersenyum. Senyum lesung pipitnya sepeti biasa.
Seketika, aku merasa senyum itu adalah senyum paling menjijikkan di dunia.
***
*Terinspirasi dari pengalaman di Negeri Paman Sam
Comments
Post a Comment