Setelah dua bulan mengembara di dataran Asia Selatan alias India, saya dan Mega akhirnya kembali ke tanah air dalam keadaan sehat walafiat dan kelaparan. Dua bulan di India, 2 bulan pula saya merana akibat makanan yang tidak sesuai selera. Beberapa hari sebelum kepulangan ke Indonesia, saya dan Mega telah me-list makanan apa saja yang paling kami rindukan dan langsung akan kami makan setibanya di Bali.
Saya menempatkan tempe penyet dan lele goreng sebagai menu utama sementara Mega ingin sekali makan Indomie pake rica biji . Membayangkan makan-makanan tersebut membuat kami ingin cepat-cepat mendarat di Bali dan langsung mencari tempat makan (segitu rindunya dengan makanan Indonesia).
Tanggal 15 Maret 2013,sekitar pukul 1 siang, Malaysia Airlines yang setia mengantar jemput kami dalam perjalanan Indo-India-Indo mendarat mulus di bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar. Dengan Penuh sukacita kami turun dari pesawat. Pikiran kami penuh dengan bayangan makanan-makanan tersebut,.
Setelah mengambil bagasi, kami langsung mengantri di bagian imigrasi,
baru saja hendak berdiri di barisan Imigrasi, tiba tiba kami dicegat oleh seorang petugas bandara. Ia mengarahkan kami ke sebuah ruangan yang bertuliskan Secondary Inspection.
What?
Sebelum ini saya pernah mengalami pengalaman kurang menyenangkan yang berhubungan dengan secondary inspection,kejadian itu terjadi saat saya berada di Bandara Sait Paul Mineapollis, Amerika Serikat, tahun 2011 silam. Kami yang waktu itu ber 18 tidak semua berhasil melalui proses imigrasi masuk ke Amerika Serikat, 2 orang teman saya, dicegat dan masuk secondary inspection untuk diinterogasi berjam-jam gara-gara namanya yang sangat berbau islami. (Plis dehh). Maka ketika tiba di Bali (di tanah air sendiri) saya dan Mega di masukkan di secondary inspection,saya naik pitam. Ada apa ini?
Di dalam ruangan kecil itu, ada dua orang petugas, yang tanpa ba bi bu langsung membongkar paksa isi koper kami. Melihat hal tersebut saya dan Mega langsung protes. Si petugas tidak mengindahkan kami dann terus membongkar isi koper sampai berjatuhan di lantai. Saya melihat muka mega memerah menahan marah melihat buku-buku dan baju berhamburan di lantai. Waduh,keknya desye sudah mau meledak. Si petugas kemudian bertanya,mengapa barang kami sedemikian banyak dari India. Dengan emosi yang tertahan kami menjelaskan bahwa sebagian isi koper kami adalah buku dan oleh-oleh.
Setelah puas mengubek ubek isi koper kami dan tidak berhasil menemukan apa yang dicarinya, si petugas kemudian menutup kembali dengan asal-asalan. Mega, dengan nada marah dan memerintahkan, menyuruh di petugas untuk membetulkan koper kami .
Saya menempatkan tempe penyet dan lele goreng sebagai menu utama sementara Mega ingin sekali makan Indomie pake rica biji . Membayangkan makan-makanan tersebut membuat kami ingin cepat-cepat mendarat di Bali dan langsung mencari tempat makan (segitu rindunya dengan makanan Indonesia).
Tanggal 15 Maret 2013,sekitar pukul 1 siang, Malaysia Airlines yang setia mengantar jemput kami dalam perjalanan Indo-India-Indo mendarat mulus di bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar. Dengan Penuh sukacita kami turun dari pesawat. Pikiran kami penuh dengan bayangan makanan-makanan tersebut,.
Setelah mengambil bagasi, kami langsung mengantri di bagian imigrasi,
baru saja hendak berdiri di barisan Imigrasi, tiba tiba kami dicegat oleh seorang petugas bandara. Ia mengarahkan kami ke sebuah ruangan yang bertuliskan Secondary Inspection.
What?
Sebelum ini saya pernah mengalami pengalaman kurang menyenangkan yang berhubungan dengan secondary inspection,kejadian itu terjadi saat saya berada di Bandara Sait Paul Mineapollis, Amerika Serikat, tahun 2011 silam. Kami yang waktu itu ber 18 tidak semua berhasil melalui proses imigrasi masuk ke Amerika Serikat, 2 orang teman saya, dicegat dan masuk secondary inspection untuk diinterogasi berjam-jam gara-gara namanya yang sangat berbau islami. (Plis dehh). Maka ketika tiba di Bali (di tanah air sendiri) saya dan Mega di masukkan di secondary inspection,saya naik pitam. Ada apa ini?
Di dalam ruangan kecil itu, ada dua orang petugas, yang tanpa ba bi bu langsung membongkar paksa isi koper kami. Melihat hal tersebut saya dan Mega langsung protes. Si petugas tidak mengindahkan kami dann terus membongkar isi koper sampai berjatuhan di lantai. Saya melihat muka mega memerah menahan marah melihat buku-buku dan baju berhamburan di lantai. Waduh,keknya desye sudah mau meledak. Si petugas kemudian bertanya,mengapa barang kami sedemikian banyak dari India. Dengan emosi yang tertahan kami menjelaskan bahwa sebagian isi koper kami adalah buku dan oleh-oleh.
Setelah puas mengubek ubek isi koper kami dan tidak berhasil menemukan apa yang dicarinya, si petugas kemudian menutup kembali dengan asal-asalan. Mega, dengan nada marah dan memerintahkan, menyuruh di petugas untuk membetulkan koper kami .
Setelah mengemasi koper, si Petugas imigrasi menjelaskan alasan kami diperiksa. Katanya kami dicurigai sebagai penyelundup SABU-SABU. (WHATTT???!!!). Kami bertanya mengapa demikian, menurut si petugas, 2 minggu lalu ada wisatawan wanita dari India yang menyembunyikan sabu-sabu dikopernya. Wew...sebegitukah tampilan kami sehingga dicurigai sampai segitunya?ckck. Si petugas imigrasi kemudian mengucapkan permohonan maaf atas prosedur pemeriksaan yang mereka lakukan. Kami yang sudah ngidam pengen makan mie instan dan tempe penyet hanya mendelik ke arah petugas dan bergegas pergi dari ruangan secondary inspection.
Dengan perasaan terhina dan perut yang keroncongan, kami menyeret koper kami yang telah diobrak abrik keluar dari bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Ketika tiba di rumah mbak Tini, alih-alih makan, kami malah tidur hingga sore.
Comments
Post a Comment