Sejak kecil saya selalu bercita-cita untuk bisa menjekkan kaki diluar
negeri. Di dunia entah berantah yang jauh disana, jauh dari rumah
saya,jauh dari kota saya,jauh dari tanah air saya.
Alasannya ada dua dan sangat simpel,
Saya ingin merasakan kehidupan yang berbeda dari apa yang selama ini saya rasakan, tinggal ditempat yang berbeda dan bertemu dengan orang2 berbeda. Saya ingin merasakan keberagaman, berpetualangan di antara keterasingan. Saya ingin menjejak tanah yang tidak pernah saya pijak dan mellihat sisi dunia yang tidak pernah saya lihat. Bukankah bumi Allah ini maha luas? saya tidak mau seumur hidup, saya hanya melihat lembah Palu dan berinteraksi dengan orang Palu terus-terusan. Saya harus pergi ke tempat yang jauh. Di manapun itu di muka bumi ini. Harus!
Itu alasan pertama
Alasan kedua adalah: Saya ingin bermain salju!
Yeah Salju...
Dari kecil, saya sering menonton TV, film-film barat anak-anak, dimana sering ada adegan ketika anak-anak itu bermain salju di halaman rumahnya dan membuat boneka salju. Saya pernah bertanya-tanya kenapa salju tidak turun di Palu? atau di Indonesia? kenapa harus di Amerika sana?Kalau di Palu ada salju kan seru. Atau saya harus keluar dari Palu dan pergi ke tempat yang saya lihat di TV itu untuk bisa bermain salju? begitu pikir saya kala itu.
Bermain salju adalah mimpi polos seorang anak kecil berusia 7 tahun, anggap saja demikian.
Maka sejak kecil mimpi untuk menjejakkan kaki ke luar negeri melekat di kepala saya, erat di jidat saya, dekat di mata saya,sehingga kerap saya membawa mimpi itu kemana pun saya melangkah,dan melihat diri saya,berdiri di suatu dunia yg jauhhhhh....di tempat yang selama ini hanya saya lihat di televisi.
Saya yakin mewujudkan mimpi itu bukanlah hal yang mustahil. Meski saya tidak tahu bagaimana mewujudkannya.
Suatu waktu, di tahun 1996, paman saya berhasil mendapatkan kesempatan studi di Kanada dan Denmark. Ia memboyong keluarga kecilnya ke Eropa. Anaknya, yang notabene adalah sepupu saya, mengirimkan foto-fotonya di sana saat ia berada di tengah-tengah SALJU! Whoaa...iri rasanya.
Dan foto-foto itupun menjadi motivasi bagi saya bahwa merasa bahwa ke luar negeri itu adalah hal yang dapat saya wujudkan suatu hari nanti, selama saya masih berpegang pada cita-cita dan mimpi-mimpi saya.
Tahun 2007, selepas SMA, suatu kesempatan untuk keluar negeri terbuka. Kala itu
Seleksi Pertukaran Pemuda Indonesia Kanada digelar. Dengan semangat 45 saya dan sahabat-sahabat saya mencobanya.Setelah melewati proses seleksi yang cukup menguras otak dan tenaga.Saya di nyatakan gagal.
hahaa..saya finish di ranking 7, sementara peserta terpilih adalah dia yang memiliki skor tertinggi & masuk peringkat 1.
Alhamudlillah. Si ranking satu adalah sahabat saya...Anggie...dan berangkatlah dia ke kanada.
Dari situ saya semakin terpacu untuk bs keluar negeri.
Tahun 2008, sebuah seleksi,beasiswa ke Amerika di buka. Beasiswa IELSP namanya, salah satu beasiswa bergengsi bagi mahasiswa Indonesia. Saya dan kakak perempuan saya pun ikut..tes Toefl, alhamdulillah lulus, selanjutnya mengirim berkas, sayangnya..setelah mengirimkan berkas..saya tidak pernah ditelpon oleh pihak pemberi beasiswa. Artinya saya GAGAL!
Tapi saya tetap senang,karna meski saya tidak terpilih,kakak sayalah yang terpilih mewakilli sulawesi tengah,dan berangkatlah ia ke Amerika Serikat pada tahun 2009..
Masih belum mau menyerah, Tahun 2009, seleksi pertukaran pemuda ke Kanada kembali dibuka,,,saya ikut kembali. Kali ini dengan persiapan matang. Sedikit percaya diri bahwa saya akan lulus, namun lagi-lagi Tuhan belum mengizinkan saya untuk melangkah jauh-jauh. Saya finish di ranking ke 3 dan itu artinya masih tetap gagal!
Hahaa..
Saya sedikit kecewa dengan hasil itu. Tapi mengingat yang terpilih adalah sahabat saya (lagi) sendiri, saya cukup senang. Toh masih ada tahun depan. Alm Papa berkata pada saya:"Ndak apa-apa...Insya Allah tahun berikutnya bisa ranking satu.
Saya pun tersenyum dan kembali terpacu untuk mengejar tiket ke negeri-negeri yang jauh itu.
2010 kesempatan untuk belajar ke Amerika kembali dibuka. Dengan harapan dan mimpi2 yang masih saya simpan di kepala saya, saya melamar.
Toefl..Lulus,
Berkas,,,lulus...
Wawancara??hmmmm....saya dag-dig dug. Meskipun ada terbersit sebuah keyakinan kecil bahwa saya akan terpilih.
Hari itu 27 November 2010 sebuah telpon berkode jakarta masuk ke ponsel saya. Saya sedikit bisa menduga dari siapa telepon itu. Dan ternyata dugaan saya tepat, Seorang perempuan di ujung telpon sana mengabarkan saya akan ke Amerika Serikat bulan februari tahun 2011
Saya tersenyum dan langsung mengucap syukur. Alhamdulillah.mimpi itu menjadi nyata!Sungguh sebuah kado ulang tahun paling indah yang pernah saya dapatkan sebab sehari kemudian saya genap berusia 21 tahun.
Amerika Serikat, negeri Paman Sam, negeri yg terkenal di seantero dunia sebagai pusat peradapan manusia modern,dengan segala kecanggihan teknologi dan ilmu pengetahuan, tempat yang hanya kerap saya lihat di televisi. Akan segera saya pijak.
dan bermain Salju, bukan hanya sebuah impian belaka sebab saya akan berangkat tepat di akhir musim dingin 2011. Sungguh luar biasa rencana Allah.
Saya bersyukur, luar biasa bersyukur untuk kesempatan yang telah Allah bukakan pada saya.
Saya telah gagal berkali-kali namun kegagalan itu tidak akan menggagalkan saya.
Sebuah kalimat bijak dari Andrea Hirata terngiang di telinga saya:"Bermimpilah dan Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu…”
Dan seperti Ikal dan Arai, tokoh dalam novel Andrea Hirata,yang akhiranya berhasil menjejakkan kaki ke Prancis.
Tuhanpun memeluk mimpi-mimpi saya,mendengarkan doa saya dan mengabulkannya di saat yang tepat.
Saya akan ke Amerika tahun depan!
Alasannya ada dua dan sangat simpel,
Saya ingin merasakan kehidupan yang berbeda dari apa yang selama ini saya rasakan, tinggal ditempat yang berbeda dan bertemu dengan orang2 berbeda. Saya ingin merasakan keberagaman, berpetualangan di antara keterasingan. Saya ingin menjejak tanah yang tidak pernah saya pijak dan mellihat sisi dunia yang tidak pernah saya lihat. Bukankah bumi Allah ini maha luas? saya tidak mau seumur hidup, saya hanya melihat lembah Palu dan berinteraksi dengan orang Palu terus-terusan. Saya harus pergi ke tempat yang jauh. Di manapun itu di muka bumi ini. Harus!
Itu alasan pertama
Alasan kedua adalah: Saya ingin bermain salju!
Yeah Salju...
Dari kecil, saya sering menonton TV, film-film barat anak-anak, dimana sering ada adegan ketika anak-anak itu bermain salju di halaman rumahnya dan membuat boneka salju. Saya pernah bertanya-tanya kenapa salju tidak turun di Palu? atau di Indonesia? kenapa harus di Amerika sana?Kalau di Palu ada salju kan seru. Atau saya harus keluar dari Palu dan pergi ke tempat yang saya lihat di TV itu untuk bisa bermain salju? begitu pikir saya kala itu.
Bermain salju adalah mimpi polos seorang anak kecil berusia 7 tahun, anggap saja demikian.
Maka sejak kecil mimpi untuk menjejakkan kaki ke luar negeri melekat di kepala saya, erat di jidat saya, dekat di mata saya,sehingga kerap saya membawa mimpi itu kemana pun saya melangkah,dan melihat diri saya,berdiri di suatu dunia yg jauhhhhh....di tempat yang selama ini hanya saya lihat di televisi.
Saya yakin mewujudkan mimpi itu bukanlah hal yang mustahil. Meski saya tidak tahu bagaimana mewujudkannya.
Suatu waktu, di tahun 1996, paman saya berhasil mendapatkan kesempatan studi di Kanada dan Denmark. Ia memboyong keluarga kecilnya ke Eropa. Anaknya, yang notabene adalah sepupu saya, mengirimkan foto-fotonya di sana saat ia berada di tengah-tengah SALJU! Whoaa...iri rasanya.
Dan foto-foto itupun menjadi motivasi bagi saya bahwa merasa bahwa ke luar negeri itu adalah hal yang dapat saya wujudkan suatu hari nanti, selama saya masih berpegang pada cita-cita dan mimpi-mimpi saya.
Tahun 2007, selepas SMA, suatu kesempatan untuk keluar negeri terbuka. Kala itu
Seleksi Pertukaran Pemuda Indonesia Kanada digelar. Dengan semangat 45 saya dan sahabat-sahabat saya mencobanya.Setelah melewati proses seleksi yang cukup menguras otak dan tenaga.Saya di nyatakan gagal.
hahaa..saya finish di ranking 7, sementara peserta terpilih adalah dia yang memiliki skor tertinggi & masuk peringkat 1.
Alhamudlillah. Si ranking satu adalah sahabat saya...Anggie...dan berangkatlah dia ke kanada.
Dari situ saya semakin terpacu untuk bs keluar negeri.
Tahun 2008, sebuah seleksi,beasiswa ke Amerika di buka. Beasiswa IELSP namanya, salah satu beasiswa bergengsi bagi mahasiswa Indonesia. Saya dan kakak perempuan saya pun ikut..tes Toefl, alhamdulillah lulus, selanjutnya mengirim berkas, sayangnya..setelah mengirimkan berkas..saya tidak pernah ditelpon oleh pihak pemberi beasiswa. Artinya saya GAGAL!
Tapi saya tetap senang,karna meski saya tidak terpilih,kakak sayalah yang terpilih mewakilli sulawesi tengah,dan berangkatlah ia ke Amerika Serikat pada tahun 2009..
Masih belum mau menyerah, Tahun 2009, seleksi pertukaran pemuda ke Kanada kembali dibuka,,,saya ikut kembali. Kali ini dengan persiapan matang. Sedikit percaya diri bahwa saya akan lulus, namun lagi-lagi Tuhan belum mengizinkan saya untuk melangkah jauh-jauh. Saya finish di ranking ke 3 dan itu artinya masih tetap gagal!
Hahaa..
Saya sedikit kecewa dengan hasil itu. Tapi mengingat yang terpilih adalah sahabat saya (lagi) sendiri, saya cukup senang. Toh masih ada tahun depan. Alm Papa berkata pada saya:"Ndak apa-apa...Insya Allah tahun berikutnya bisa ranking satu.
Saya pun tersenyum dan kembali terpacu untuk mengejar tiket ke negeri-negeri yang jauh itu.
2010 kesempatan untuk belajar ke Amerika kembali dibuka. Dengan harapan dan mimpi2 yang masih saya simpan di kepala saya, saya melamar.
Toefl..Lulus,
Berkas,,,lulus...
Wawancara??hmmmm....saya dag-dig dug. Meskipun ada terbersit sebuah keyakinan kecil bahwa saya akan terpilih.
Hari itu 27 November 2010 sebuah telpon berkode jakarta masuk ke ponsel saya. Saya sedikit bisa menduga dari siapa telepon itu. Dan ternyata dugaan saya tepat, Seorang perempuan di ujung telpon sana mengabarkan saya akan ke Amerika Serikat bulan februari tahun 2011
Saya tersenyum dan langsung mengucap syukur. Alhamdulillah.mimpi itu menjadi nyata!Sungguh sebuah kado ulang tahun paling indah yang pernah saya dapatkan sebab sehari kemudian saya genap berusia 21 tahun.
Amerika Serikat, negeri Paman Sam, negeri yg terkenal di seantero dunia sebagai pusat peradapan manusia modern,dengan segala kecanggihan teknologi dan ilmu pengetahuan, tempat yang hanya kerap saya lihat di televisi. Akan segera saya pijak.
dan bermain Salju, bukan hanya sebuah impian belaka sebab saya akan berangkat tepat di akhir musim dingin 2011. Sungguh luar biasa rencana Allah.
Saya bersyukur, luar biasa bersyukur untuk kesempatan yang telah Allah bukakan pada saya.
Saya telah gagal berkali-kali namun kegagalan itu tidak akan menggagalkan saya.
Sebuah kalimat bijak dari Andrea Hirata terngiang di telinga saya:"Bermimpilah dan Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu…”
Dan seperti Ikal dan Arai, tokoh dalam novel Andrea Hirata,yang akhiranya berhasil menjejakkan kaki ke Prancis.
Tuhanpun memeluk mimpi-mimpi saya,mendengarkan doa saya dan mengabulkannya di saat yang tepat.
Saya akan ke Amerika tahun depan!
Comments
Post a Comment