Skip to main content

Selamat Datang di India!


Saya sedikit takjub begitu memasuki bandara International Indira Gandhi. Tjakep dan bersih. Arsitekturnya moderen. Lantainya tertutup karpet. Lagi-lagi harus saya akui bahwa bandara ini benar-benar beda jauh dari bandara kita tersayang. Padahal, ehm..ini India loh, India, negara berkembang yang carut-marutnya kurang lebih sama lah dengan Indonesia. Namun kok ya mereka bisa sedikit lebih maju dalam penyediaan infrastruktur kayak begini. Hmmm,,tanya kenapa dah.
Yo wiss lah,..lanjuttt...

Setelah semua urusan imigrasi dan barang bawaan selesai diambil. kami pun langsung menuju ke pintu keluar. Konon, menurut email dari supervisor kami yang bernama Mr, Bhatnagar, begitu tiba kami akan dijemput oleh pihak CMC Academy. Yang kami perlu lakukan adalah keluar di gate no 3 dan menunggu di pilar no 10. Di sana nanti ada yang  menunggu kami sambil mengangkat papan bertuliskan CMC.
Ok. Baiklah kami segera mencari pintu keluar dan menemukan pilar nomor 10 yang disebutkan di email tersebut.
Ternyata ada begitu banyak penjemput menanti di terminal kedatangan. Masing-masing membawa papan bertuliskan nama, perusahan, dsb. Saya dan mega sampai bingung mencari mana yang bertuliskan CMC. Setelah beberapa waktu kami tengok kanan tengok kiri, celingak-celinguk mencari sepotong papan bertulis kan CMC  dan tak menemukan seorangpun yang membawa papan tersebut. Mega pun berinisatif untuk menelusuri papan nama para penjemput itu satu persatu. Kalaupun kami tak dijemput, maka apa boleh buat, kami harus mencari cara sendiri untuk sampai di hotel yang telah disiapkan oleh CMC Academy.

Setelah beberapa menit memeriksa satu persatu nama-nama yang dipampang oleh para penjemput itu, tak ada satu pun nama CMC yang tertulis di sana. Fine. Kami mulai mempertimbangkan untuk mencari taksi menuju pusat kota New Delhi,ketika mata Mega menangkap sesosok pria kecil berkumis yang sedang asik bercakap di telepon dalam bahasa India. Ia memegang sebuah kardus yang tulisannya tidak nampak. Mega mendekat untuk memeriksa apakah ia adalah penjemput CMC, dan ternyata benar. Kardus itu bertuliskan CMC namun tidak terlihat oleh kami karna alih-alih memperlihatkannya ke arah pintu kedatangan terminal internasional, pria kecil itu justru asik ngobrol di telepon, kardus itu terkulai di tangannya.

"CMC?" tanya Mega

Pria itu kaget dan segera memutus telponnya lalu ia memberikan anggukan khas Indian (kepalanya digoyangkan persis di film-film Bollywood). Ia pun memberikan isyarat kepada kami untuk menunggu. Rupanya pria kecil berkumis itu tidak tahu bahasa Inggris.
Beberapa saat kemudian muncul seorang pria janggung berewokan (Belakangan kami tahu bahwa namanya Sunny, dan ia menjadi supir pribadi kami selama 2 minggu pertama di Delhi)  Ia mengatakan sesuatu dalam bahasa India, mereka lalu nampak berdebat. Menurut pemahaman saya dan mega, sepertinya si pria kecil itu diomeli oleh Sunny karena hanya asik menelpon dan tidak memperhatikan kedatangan kami.
Sepertinya...

Sunny, supir janggung berewokan yang kece *wink



Lalu Sunny  menyapa kami dalam bahasa Inggris beraksen India kental.


" Can we leave now?"tanya saya. Saya benar-benar sudah tidak sabar untuk segera tiba di hotel dan beristirahat, Perjalanan panjang dari Denpasar ke New Delhi cukup membuat saya merindukan kasur.
Namun Sunny menggeleng sopan "Sorry ma'am, We have to wait other  students. They will arrive shortly.

Oh rupanya masih ada peserta ITEC lainnya yang mereka tunggu. Baiklah, saya dan mega pun mencari tempat untuk duduk dan beristirahat sejenak.

15 menit..30 menit..dan akhirnya satu jam..yang ditunggu belum juga muncul. Sunny dan si kecil itu mulai nampak berdebat lagi. Sepertinya Sunny terus menyalahkan si kecil yang lalai dalam menjemput. Bisa jadi, student yang ditunggu sudah tiba dari tadi dan  karena si kecil itu hanya asik menelpon, mereka pun pergi dengan alternatif lain ke hotel.
Bandara Indira Gandhi nampak ramai malam itu. Saya asik memperhatikan sekitar. Orang-orang segala bentuk lalu-lalang dihadapan kami. beberapa di antaranya nampak sangar seperti sosok Tuan Thakur di film India klasik. Ada yang memandang tajam ke arah saya ketika lewat. Mungkin karena merasa diperhatikan. Hii..ngeri..
Yang cukup mengejutkan, ada banyak anjing liar yang juga ikut lalu lalang di bandara. Heh,padahal ini bandara internasional. Kok ya,anjing dibiarkan masuk dan lalu lalang. Mana anjingnya gede-gede lagi. Wuanehh..but,..itulah India. Di hari-hari berikutnya saya menemukan lebih banyak hal-hal baru yang aneh dan ajaib di negeri ini.

Hari makin malam, perlahan, hawa dingin mulai  menggerayangi tubuh saya dan Mega.." Doh..kok makin dingin yakk??" ujar saya kepada Mega yang sedang asik membidikkan Nikon nya ke segala arah, memotret kesibukan di bandara.
"Itu toh, betul yang dibilang Ade, dingin di sini" sahutnya dalam logat Palunya.

Saya mulai menggigil kedinginan, padahal tadi info di pesawat, temperatur di darat hanya sekitar 15 derajat,kok sedingin ini ya..pikir saya yang mulai melompat-lompat kecil agar merasa hangat.

Kabut tipis mulai menyelimuti bandara dan sekitarnya, membuat saya semakin menggigil kedinginan.
Sepasang suami India yang duduk tak jauh dari kami sepertinya memperhatikan kami sedari tadi. Mereka tersenyum ramah dan menyapa kami.

" Feeling cold?"tanya Ibu Indian itu sambil tersenyum
" Yes ma'am, is it always cold like this in Delhi these days??" tanya saya penasaran.
" No,it can be colder, you visit India in winter" katanya
"OMG, to be honest I just know that India has winter when I will come here" kata saya tertawa,malu dengan pengetahuan saya yang terbatas tentang negara ini.
Kedua suami istri ramah itu kembali tersenyum" Where are you from?"
"Indonesia" jawab saya dan mega bersamaan
Obrolan kami pun mengalir,mereka bertanya tujuan kami ke India, berapa lama, menginap di mana dan lain-lain. Rupanya kedua suami istri itu sedang menanti anak lelaki mereka yang akan datang dari Georgia, Amerika Serikat. Konon,anaknya telah bekerja dan menetap di Amerika selama bertahun-tahun dan hari itu akan pulang untuk berkunjung. Mereka bercerita banyak tentang sang anak. Nampak jelas mereka sangat merindukannya. Hmm..saya jadi penasaran bagaimana rupa sang anak.
Apakah dia secakep Hritik Hrosan dkk??semoga,,hueheheheh...

Beberapa saat kemudian si anak yang dinanti tiba, dan glek!.
ternyata....si anak yang dimaksud sudah cukup berumur, mungkin sekitar 40 an tahun, Harapan untuk berkenalan dengan pemuda India yang cakep pupus sudah, ditelan pekat dan dinginnya malam di New Delhi.haha

Lalu pasangan suami istri dan anak mereka (yang sudah tua)*benar-beanr mengecewakan,hahah* itu pamit untuk pergi.

Ngomong-ngomong hari semakin malam, namun yang ditunggu belum juga tiba, kami pun bertanya pada si jangkung tentang kepastian jam berapa kami akan diantar ke hotel.
Si jangkung meminta kami untuk bersabar menunggu sebentar. Ia kembali berbicara di telepon,memastikan schedule penerbangan.

Sementara itu,perut saya mulai memainkan genderang perang tanda kelaparan, maklum lah, saya tidak menikmati makanan selama perjalanan di atas pesawat. Sooo Indian dan berbau aneh. Terbayang,betapa nikmatnya menyantap semangkuk Indomie hangat di udara yang sedingin ini. Nyam..nyam...

Akhirnya setelah beberapa lama menunggu, yang ditunggu datang juga, seorang pemuda dari Ekuador dan seorang wanita dari Peru. Keduanya dari South America. Pantas lama, jauhhhhh -___-'

"Hi Whats your name? sapa saya ketika si pemuda Ekuador mendekat.
"Guido" jawabnya sambil menyalami saya dan Mega.
"Gido??"tanya Mega
"No,Guido"ulangnya.
"Kido?"saya bertanya lagi.Soalnya si pemuda menyebut namanya dengan dialek spanish.
"Guidoo"
"Wido?saya memastikan.
"Ohh..Widodo??" Mega asal menebak. Doh..wong jowo kaleee,Widodo,hahaha -___-'
Si pemuda pun mengeja namanya" G.U.I.D.O"
"Ohhh..Guwidooo" kata saya dan mega bersamaan. Pantas kedengaran seperti Wido,"U" nya ga dibaca rupanya hohoo..
"Oke Guwidoo..I am Riska and this is Mega, from Indonesia"
Selanjutnya wanita  yang berasal dari Peru itu mengenalkan namanya" Carmen" katanya.
lalu kami mengobrol sambil berjalan menuju taksi yang telah disediakan. Rupanya perjalanan dari South America ke India memakan waktu kurang lebih 24 jam. Sehari. itupun nda terhitung waktu transit. kebayang kan betapa lelahnya kedua teman baru kami itu.
Suasana berjalan akrab,bagi saya,cukup mudah untuk berinteraksi dengan dengan orang baru.

Malam semakin larut, dan 'penderitaan'kami di hari pertama di New Delhi  ternyata belum berakhir.
Taksi yang kami tumpangi melaju menembus keramaian malam kota New Delhi. Si sopir, pria kecil berkumis itu ngebut sambil memutar lagu India keras-keras. Sepertinya ia tidak pusing dengan obrolan dan beberapa kali teriakan panik penumpangnya. Suatu ketika ia memacu mobilnya masuk di antar dua bus gede dan menyalip jalur mereka. Otomatis, saya dan teman-teman lainnya menjerit histeris saking shock nya.

"Slowly pleaseeeeeeee" pinta saya setengah berteriak
Si sopir tidak mengindahkan. Sepertinya ia tidak mengerti.

"Hey,slowly sir" ulang Guido yang duduk tepat di sampingnya.
Si Sopir menoleh sebentar, lalu mengangguk-angguk pelan. Namun tetap memacu mobilnya di atas normal.

"He didn't speak English" ujar Carmen pasrah

Kini giliran Mega yang angkat bicara, eh bukan bicara, tapi teriak " Heyyyy...CAN YOU DRIVE SMOOTHLY PLEASEEEEEEEE??? YOU'RE GONNA KILLING USSSSS!!

Si sopir nampak sedikit shock, lalu mengecilkan volume musiknya. Tapi masih tetap, ngebut....

Benar-benar gak ngerti dia. Kamipun menyerah.

Di luar,saya mendengar bunyi gedebak-gedebuk yang tidak lain adalah koper-koper kami yang diikat di atas kap mobil. Tinggal tunggu waktu, mungkin satu tikungan, dan koper-koper itu akan terbang melayang.

Saya hanya bisa berdoa, semoga kami sampai dengan selamat di hotel. Bukan berarti kan, hari pertama kami di India menjadi hari terakhir saya di dunia. Hikss....

Akhirnya, setelah beberapa teriakan histeris dan "Allahu-Akbar" kami tiba dengan selamat di hotel masing-masing. Rupanya kami berbeda hotel. Hotel peserta pria dan wanita pun dipisah. Saya dan Mega menginap di Hotel Parkland Safdarjung, Carmen di Oakland Hotel Nehru Place dan Guido di Green Valley hotel,juga di daerah Nehru Place.

Hotel kami lumayan bagus, bintang 3 lah, dengan fasilitas kamar yang lengkap.  Kulkas, TV gede, Heater, Shower dan Bathroom serta kasur yang nyaman. Masing-masing peserta dapat 1 kamar. Wah tajir juga ya pemerintah India, bisa menampung sekitar 100 an orang dari seluruh dunia di hotel yang lumayan oke ini selama berbulan-bulan.

kamar saya lebih besar dari pada Mega dan somehow bikin saya takut untuk tidur sendiri.hehe. Saya emang ga pernah berani tidur sendiri di tempat baru. Harus ada penyesuaian dulu baru berani. Dasar penakut!,hih..

Maka malam pertama di India itu, saya ngacir ke kamar Mega. Kamar mega kecil dan hangat. Jendelanya tepat mengarah ke jalan protokol kota New Delhi. Sebelum tidur kami menyantap Pop Mie plus abon yang telah kami bawa dari tanah air. Lumayan...mengganjal, meski saya ingin sekali makan nasi.

Setelah makan malam, tanpa membersihkan badan, saya dan Mega langsung naik ke tempat tidur. Saya memilih tidur di samping jendela, sambil memperhatikan lampu-lampu mobil yang berkelap-kelip di bawah sana. Baru semalam, saya tertidur pulas di rumah Mbak Tini,di kota Denpasar, tahu-tahu malam ini sudah berbaring di sebuah kamar hotel, somewhere in New Delhi.

Sungguh luar biasa perjalanan kami hari ini,..
India...kamu telah membuat saya menjerit histeris di hari pertama, dan saya tahu itu baru permulaan.
 Entah petualangan apa lagi yang akan kau suguhkan pada kami di hari -hari berikutnya.
Terserah, yang pasti , malam ini saya hanya ingin tidur pulas dan melepas lelah. Masih ada 2 bulan untuk mengenalmu lebih dekat...

Mata saya mulai memberat dan hanya butuh sedetik, saya jatuh tertidur.

Good Night, India.....


Narsis di bandara Indira Gandhi Airport, bandaranya bersih kinclong dan kece :D


Comments

Popular posts from this blog

SEPUTAR BEASISWA ITEC INDIA

Berhubung belakangan ini banyak teman-teman yang bertanya segala sesuatu tentang program Beasiswa ITEC,akhirnya setelah 3 tahun berlalu (kelamaan yeee? :D), saya memutuskan untuk menuliskan beberapa informasi (yg saya ketahui dan sy alami ) ttg beasiswa ini. Well..berikut ini adalah beberapa hal ttg ITEC yang perlu diketahui. Apa itu ITEC? ITEC adalah singkatan dari Indian Technical and Economic and Cooperation Programme dan merupakan suatu program beasiswa dan training yang dibiayai secara penuh oleh pemerintah India (fully-funded) dan bisa diikuti oleh kurang lebih 161 negara yg merupakan ITEC Partner Countries dimana Indonesia Termasuk salah satunya. Apa saja program training yang ditawarkan? Program Itec menawarkan beberapa bidang   Seperti ekonomi keuangan dan perbankan,manajemen,teknologi informasi ,komunikasi dan bahasa inggris,teknik,dsb.(untuk lebih jelasnya bisa di lihat di brosur yg bisa diunduh di website ITEC www.itec.mea.gov.in ). Ada beragam program

Berburu Megalith di Lembah Besoa

Hamparan alam nan hijau tersaji dihadapan kami ketika mobil avanza yang kami tumpangi memasuki Lembah Napu Kabupaten Poso. Rintik-rintik hujan,semilir angin, udara yang sejuk berbalut kabut tipis menyambut kedatangan kami  di tempat itu. Gunung, padang rumput yang membentang, jalanan yang berkelok-kelok menyatu memberi kesan eksotisme khas pedalaman. Setelah melewati perjalanan darat berjam-jam dari Palu, dengan medan tempuh yang lumayan gak asik, kami akhirnya semakin dekat ke tujuan yaitu Desa Doda, Lembah Besoa, Lore, Kab. Poso. *** Gagasan untuk mengunjungi situs megalitik di lembah Besoa, Napu muncul secara spontan di kepalaku. Awalnya tujuan kami bukan Napu melainkan hanya sampai di Danau Tambing, sebuah danau rekreasi di daerah Taman Nasional Lore Lindu sekitar 3 jam dari kota Palu. Sudah beberapa kali kawan-kawan kantor saya mengajak untuk camping di danau itu, namun saya tolak karena beberapa alasan. Hingga suatu hari, ketika saya dan teman-teman sesama anggota Eng

Bersimpuh

Subuh datang mengganti malam.   Aroma nya menghantarkan kedamaian. Dinginnya menusuk-nusuk,  Melenakan mereka yang lupa akan kehadiran Sang Tuhan Dalam pekatnya subuh, aku bersimpuh, luruh,mengadu dalam haru kepada Dia yang maha Tahu Seperti meratap penuh harap , seperti merengek mengiba-iba aku mencoba menepiskan malu, akan semua ulah dan laku Bertanya-tanya seberapa pantaskah si hina ini meminta, 'memaksa' Mengharap b elas kasih untuk setitik asa yg masih terjaga *Suatu subuh yang dingin bersama malaikat dan kokok ayam ketawa diluar sana*