Skip to main content

Ready to Go! Ready for India!



Hari yang ditunggu pun tiba, sesuai jadwal ,20 januari 2013 pukul 01.10 Wita kami akan bertolak dari I gusti  Ngurah Rai International  Airport  Bali menuju Indira Gandhi International Airport, New Delhi. Saya excited,  tapi tak seexcited ketika pertama kali keluar negeri 2 tahun lalu. Entahlah. 

Pesawat yang akan kami tumpangi ke Delhi adalah Malaysia Airlines, berhubung belum ada direct flight dari Indonesia ke India, maka kami akan transit di Malaysia. Belakangan saya mendapat Info bahwa Garuda Indonesia akan segera membuka direct flight ke India. Good News since saya kurang suka dengan pelayanan milik maskapai negeri Jiran itu. Selain pramugarinya yang kurang ramah( beberapa kali saya mendapati mereka marah-marah pada penumpang lain) saya juga kurang suka makanan yang disajikan. Mostly adalah makanan India.yang rasanya uaneeehh banget. Dan ternyata itu baru permulaan, ketika tiba India, saya mendapati yang lebih aneh lagi. Tapi,later on,,saya akan ceritakan di sesi berikutnya. Mari kita focus pada  cerita di perjalanan menuju India. Denpasar-Kuala Lumpur memakan waktu sekitar 3 jam. Kami tiba di Malaysia sekitar pukul 4 lewat. Tidak ada perubahan waktu antara Denpasar dan Malaysia.Proses transit hanya sekitar 20 menit. Kami pun segera mencari gate boarding kami. Ngomong-ngomong soal bandara kebanggaan Kuala Lumpur ini (Kuala Lumpur International Airport atau KLIA), menurut saya cukup oke, meski tak sebagus Changi Airport Singapura, tapi KLIA much-much better dari bandara kesayangan kita Soekarno-Hatta. Haduh..sepertinya sudah saatnya pemerintah kita segera merenovasi bandara Soetta, sebab bagaimanapun bandara adalah gerbang utama untuk masuk ke sebuah negara. Kalo bandara Internationalnya saja buruk, gimana negaranya? . Untuk itu sangat perlu memberi kesan yang baik di gerbang utama tersebut kepada para foreigner yang berkunjung. Semoga Soetta kita tersayang itu akan  segera dibenahi yaahh.

 Satu hal menyebalkan ketika kami tiba di Malaysia, salah seorang petugas bertanya, Kalian Mau ke India dalam rangka apa Kerja ato Studi?Mo kerja ya?Buset deh. Mentang-mentang kami dari Indonesia,dikiranya kita mo jadi TKW kayak di negaranya.Hihh. Saya dengan Mega pun spontan menjawab STUDI!. Dengan tampang dibuat se’terpelajar’mungkin. Di pesawat pun kami ditanyai hal yang sama, kali ini oleh pramugarinya.*sigh*

At Kuala Lumpur International Airport (KLIA) Malaysia waiting the next flight to Delhi


Next Flight to Delhi
Diluar hujan turun begitu deras, ketika Boardig Time tiba, saya bahkan tidak bisa melihat diluar jendela, karena kabut dan derasnya hujan.  Ya Allah,lancarkan perjalanan kami (saya berdoa dalam hati). Didalam pesawat  saya menyadari satu hal: Hampir semua penumpangnya adalah Indian.nampaknya mereka adalah Malaysian turunan Indian yang   hendak pulang kampung ato Indian yang baru saja melancong ke Malaysia menengok  sanak family. Wateever. Yang pasti perjalanan dari Malaysia ke India mulai membuat saya merasakan ‘suasana’ India yang sebenarnyq. Paman bersorban yang mirip di film-film Bolywood, ibu-ibu bersari , wanita beralis dan berambut panjang serta dialek English-India mereka sudah mulai nampak disekitar. Ketika kami duduk, Mega dan saya yang dapat tempat duduk dibagian tengah diapit oleh sebuah keluarga India. Yah padahal kami berharap dapat tempat duduk di sampng jendela. Saya melirik kearah tempat duduk  di  dekat Jendela dengan mupeng, seorang pemuda India duduk merenung di tepi jendela, memperhatikan air hujan yang menampar-nampar dinding pesawat.  Nampaknya seat disebelahnya kosong. Ingin rasanya saya memintanya bertukar tempat since saya dan mega ngebet banget pengen dapat seat di samping jendela. Sambil menimbang nimbang apakah saya cukup punya keberanian untuk benar benar meminta si pemuda, sebut saja namanya Vijay, untuk bertukar tempat, tiba tiba ia menoleh kearah saya. Saya yang salting spontan melempar senyum, Vijay pun tersenyum. Dan itu adalah awkward moment kami yang pertama.


Malaysia Airlines yang akan membawa kami terbang ke India

Ketika pesawat benar-benar lepas landas, hujan masih terus mengguyur langit Malaysia, cuaca di luar  benar-benar tidak bersahabat. Saya yang rada-rada parnoan kalo naik pesawat dalam kondisi buruk begini kembali melirik ke jendela  di samping Vijay. And dangggg! Si Vijay kembali menoleh kea rah saya. Dan kembali tersenyum. Somehow saya berpikir dia agak kegeeran dan menduga saya sedang memperhatikannya atau lebih parah mencoba flirting padanya. Awkward moment yang ke dua.
Selanjutnya selama beberapa jam kami berada di atas udara, saya yang beberapa kali spontan menengok ke jendela bila ada turbulensi , selalu mendapati si Vijay menoleh kea rah saya dan tersenyum lagi. Okay! That’s not a good sign -_-                

Sementara saya ber awkward moment dengan si Vijay, mega, yang duduk di samping saya berjibaku dengan bau badan. Yeah, bau badan penumpang yang duduk tepat di sebelahnya. Tanpa bermaksud kasar, tapi nyatanya bau badan penumpang di sebelah mega benar-benar menyengat. Mega mulai frustasi dan berbisik dalam bahasa Palu: Ika, 6 jam saya begini  sampe di India saya so pingsan.
Hihiii..saya kasian bercampur geli melihatnya.

Hampir 6 jam  berpesawat, ketika akhirnya flight attendant kami menginfokan bahwa pesawat akan segera mendarat di bandara International Indira Gandhi New Delhi. Saya dan Mega pun bersiap-siap, sambil merapikan badan. Mengetahui bahwa pesawat akan mendarat, saya kembali melirik kea rah jendela, berharap bisa melihat kilauan lampu-lampu malam Kota New Delhi di bawah sana. Namun lagi-lagi si Vijay menoleh kea rah saya dan tersenyum GR. Damn! Ingin rasanya saya berkata padanya: ‘Hey Man, I am not looking at you, Jangan GR Dong! Namun kalimat itu hanya menari-nari di dalam kepala.
Beberapa menit kemudian, Malaysia Airline kami mendarat  dengan  mulus  di tanahnya  Shahruk Khan. Jam di arloji saya merujuk angka 10.30 waktu Malaysia (yang juga sama dengan waktu Denpasar dan Palu) sementara menurut info pramugari, di India saat ini Pukul 8, artinya 2 setengah jam lebih lambat dari negara asal.

Sebelum keluar pesawat saya mengecek  temperature udara di luar sana, hmm, 15 derajat celcius. Lumayanlah, ternyata tidak seberapa dingin.Pikir saya,sok.

Belakangan, saya menyadari bahwa saya salah besar.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

Comments

Popular posts from this blog

SEPUTAR BEASISWA ITEC INDIA

Berhubung belakangan ini banyak teman-teman yang bertanya segala sesuatu tentang program Beasiswa ITEC,akhirnya setelah 3 tahun berlalu (kelamaan yeee? :D), saya memutuskan untuk menuliskan beberapa informasi (yg saya ketahui dan sy alami ) ttg beasiswa ini. Well..berikut ini adalah beberapa hal ttg ITEC yang perlu diketahui. Apa itu ITEC? ITEC adalah singkatan dari Indian Technical and Economic and Cooperation Programme dan merupakan suatu program beasiswa dan training yang dibiayai secara penuh oleh pemerintah India (fully-funded) dan bisa diikuti oleh kurang lebih 161 negara yg merupakan ITEC Partner Countries dimana Indonesia Termasuk salah satunya. Apa saja program training yang ditawarkan? Program Itec menawarkan beberapa bidang   Seperti ekonomi keuangan dan perbankan,manajemen,teknologi informasi ,komunikasi dan bahasa inggris,teknik,dsb.(untuk lebih jelasnya bisa di lihat di brosur yg bisa diunduh di website ITEC www.itec.mea.gov.in ). Ada beragam program

Berburu Megalith di Lembah Besoa

Hamparan alam nan hijau tersaji dihadapan kami ketika mobil avanza yang kami tumpangi memasuki Lembah Napu Kabupaten Poso. Rintik-rintik hujan,semilir angin, udara yang sejuk berbalut kabut tipis menyambut kedatangan kami  di tempat itu. Gunung, padang rumput yang membentang, jalanan yang berkelok-kelok menyatu memberi kesan eksotisme khas pedalaman. Setelah melewati perjalanan darat berjam-jam dari Palu, dengan medan tempuh yang lumayan gak asik, kami akhirnya semakin dekat ke tujuan yaitu Desa Doda, Lembah Besoa, Lore, Kab. Poso. *** Gagasan untuk mengunjungi situs megalitik di lembah Besoa, Napu muncul secara spontan di kepalaku. Awalnya tujuan kami bukan Napu melainkan hanya sampai di Danau Tambing, sebuah danau rekreasi di daerah Taman Nasional Lore Lindu sekitar 3 jam dari kota Palu. Sudah beberapa kali kawan-kawan kantor saya mengajak untuk camping di danau itu, namun saya tolak karena beberapa alasan. Hingga suatu hari, ketika saya dan teman-teman sesama anggota Eng

Bersimpuh

Subuh datang mengganti malam.   Aroma nya menghantarkan kedamaian. Dinginnya menusuk-nusuk,  Melenakan mereka yang lupa akan kehadiran Sang Tuhan Dalam pekatnya subuh, aku bersimpuh, luruh,mengadu dalam haru kepada Dia yang maha Tahu Seperti meratap penuh harap , seperti merengek mengiba-iba aku mencoba menepiskan malu, akan semua ulah dan laku Bertanya-tanya seberapa pantaskah si hina ini meminta, 'memaksa' Mengharap b elas kasih untuk setitik asa yg masih terjaga *Suatu subuh yang dingin bersama malaikat dan kokok ayam ketawa diluar sana*