Baharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie, mantan menristek di era orde baru dan presiden RI ke 3 adalah idola saya sejak kanak-kanak. Saya masih ingat, waktu itu saya kelas 2 SD dan baru belajar membaca. Di majalah Bobo dipampang profil beliau dan kisahnya membuat N250 Gatotkoco, pesawat pertama buatan anak negeri yang fenomenal. Dan BJ Habibie adalah otak dibalik kesuksesan itu. Masih kelas 2 SD,namun saya bisa merasakan atmofser kebanggaan sebagai anak bangsa, bahwa pada akhirnya negara ini bisa membuat pesawat terbang sendiri. Sejak saat itu, sosok BJ Habibie menjadi idola saya.
Saya tak menyangka bahwa otak encer Habibie bukanlah satu satunya daya tarik yg bisa dikagumi dr dirinya, kisah cintanya bersama sang istri adalah sesuatu yang bisa menjadi inspirasi.
Saya tak menyangka bahwa otak encer Habibie bukanlah satu satunya daya tarik yg bisa dikagumi dr dirinya, kisah cintanya bersama sang istri adalah sesuatu yang bisa menjadi inspirasi.
Suatu hari saya membaca biografi yang ditulis oleh BJ Habibie sendiri, Habibi dan Ainun judulnya. Buku itu berisi tentang kisah hidup serta perjalanan cinta BJ Habibie dan Ibu Hasri Ainun, bagaimana mereka menjaga ikatan suci diantara mereka hingga maut memisahkan. Di beberapa bagian saya tersentak juga terisak. Saya tak menyangka ada kisah cinta yang begitu tulus dan suci yang demikian. Dari buku itu, saya menyadari hakikat jodoh yang sebenarnya. Jodoh adalah satu, bahwa manusia diciptakan berpasangan. Ketika dua manusia telah dijodohkan, maka mereka adalah dua raga namun satu jiwa. Ketika salah satunya pergi, maka hilanglah sebagian jiwa. Saya jadi teringat Mama yang hingga kini masih terus merasa kehilangan Papa,meski sudah hampir 4 tahun ditinggalkan. Hampir setiap minggu, mama berkunjung ke pusara papa untuk menghilangkan rasa rindunya. Mungkin itulah yang disebut Soulmate, atau Belahan Jiwa. Entahlah..tetapi begitulah penggambaran yang ditulis oleh Pak Habibie mengenai kisah cintanya bersama Ibu Ainun.
Bulan ini, buku biografi Habibie dan Ainun telah difilmkan. Sayapun tak mau ketinggalan untuk menontonnya. Filmnya berjudul sama Habibie dan Ainun, dan dirilis pada 20 Desember 2012. Kebetulan waktu itu saya sedang berkunjung ke Makassar, maka saya tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menonton film tersebut di Cinema 21. Awalnya saya juga berniat untuk menonton 5 CM, sebuah film yang juga berasal dari buku dan sedang booming akhir-akhir ini. Namun saya mengurungkan niat ketika melihat antrean yang luar biasa panjang di 21. Rupanya banyak peminat yang hendak menonton film itu, maka saya memutuskan menonton Habibie dan Ainun untuk terlebih dahulu.
Filmpun dimulai dan saya harus berdecak kagum mengakui bakat akting Reza Rahardian yang berperan sebagai Habibie, luar biasa, Reza benar-benar sukses memerankannya. Cara bicaranya, cara jalannya serta, ekspresinya semuanya bisa dibuat mirip pak Habibie. Pokoknya oke punya. Overall filmnya lumayan bagus (meski bagi saya yang hobi membaca, versi buku selalu lebih keren dari versi film). Gak heran pas film usai dan lampu cinema menyala, saya mendapati banyak penonton yang terisak dan mengelap airmata, termasuk teman saya dan herannya, saya sendiri!. Anehnya, yang bikin saya menangis bukanlah kisah percintaan antara pak Habibie dan istrinya, melainkan adegan ketika Pak Habibie menangis di hanggar saat melihat pesawat buatannya berhenti beroprasi akibat krisis. Entah mengapa rasa nasionalisme saya tergelitik. Cita-cita dan kerja keras seorang anak bangsa selama ini harus terhenti karena gejolak politik dan krisis yang menerjang Indonesia. Sungguh sesuatu yang sangat disayangkan.
Ngomong-ngomong, ada kutipan puisi yang ditulis oleh BJ Habibie buat istri tercintanya. Puisi ini benar-benar menyentuh siapa saja yang membaca.
Ngomong-ngomong, ada kutipan puisi yang ditulis oleh BJ Habibie buat istri tercintanya. Puisi ini benar-benar menyentuh siapa saja yang membaca.
...PUISI BJ HABIBIE UNTUK ISTRINYA AINUN...
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu ...
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya ...
Dan kematian adalah sesuatu yang pasti ...
Dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu ...
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat ...
Adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi ...
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang ...
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang ...
Pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada ...
Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau di sini ...
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang ...
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik ...
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini ...
Selamat jalan ...
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya ...
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada ...
selamat jalan sayang ...
cahaya mataku, penyejuk jiwaku ...
selamat jalan ...
calon bidadari surgaku ...
***Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh dan akhlak yg mulia, akan senantiasa bersemi, tak lekang karena sinar matahari dan tak luntur karena hujan dan tak akan putus karena walaupun ajal menjemput...
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu ...
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya ...
Dan kematian adalah sesuatu yang pasti ...
Dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu ...
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat ...
Adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi ...
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang ...
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang ...
Pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada ...
Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau di sini ...
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang ...
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik ...
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini ...
Selamat jalan ...
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya ...
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada ...
selamat jalan sayang ...
cahaya mataku, penyejuk jiwaku ...
selamat jalan ...
calon bidadari surgaku ...
***Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh dan akhlak yg mulia, akan senantiasa bersemi, tak lekang karena sinar matahari dan tak luntur karena hujan dan tak akan putus karena walaupun ajal menjemput...
Comments
Post a Comment